KEDIRI – Menyebut nama Kang Son, tidaklah asing di kalangan komunitas sepeda onthel di Jawa Timur. Selalu memakai kostum unik yaitu pakaian khas daerah, keberadaannya selalu penuh semangat layaknya pejuang kemerdekaan. Saat ditemui di rumahnya, RT 37 RW 05 Dusun Kweden Desa Karangrejo Kecamatan Ngasem. Lelaki 40 tahun, bernama lengkap Imam Muchson terlihat membersihkan sepeda tua di parkir di sebelah warung kopi tempat usahanya.
Ramah dan murah senyum, adalah ciri khasnya, selain rambut dibiarkan gondrong sejak lulus MAN 3 Kota Kediri. “Sejak kecil saya biasa bersepeda unta, paling jauh masih di Jember, acara event silaturahmi nasional. Dari kediri ngontel pulang pergi selama lima hari. Kalau cuma ke Jombang atau Mojokerto, kami anggap dekat,” ucapnya sambil tersenyum.
Ketua Komunitas Onthel Tua Arek Kediri
Didaulat sebagai Ketua Paguyuban KOTAK (Komunitas Onthel Tua Arek kediri), mengaku merasakan banyak bertemua saat saudara karena kerap mengikuti sejumlah event. “Event pertama kali di Jogyakarta lalu di Ngawi sekitar tahun 2013,” terangnya. Kenapa sering diancam santet? Lelaki kelahiran Kediri, 28 Agustus 1981 langsung tertawa lebar.
“Sekarang kalau kita perjalanan tidak lagi posting di media sosial, lebih baik diam-diam saja biar cepet. Yang sering ke Surabaya, sementara di setiap wilayah selalu ada komunitas. Biasanya di setiap portal, teman komunitas selalu menyambut. Beberapakali kita diancam akan dimusuhi bahkan pernah teman komunitas Mojokerto. Gara-gara melintas dan tidak pernah mampir mau disantet,” ungkapnya.
Yang menarik, selain sering memilih memakai pakaian pejuang, Kang Son lihai dalam mengendara sepeda goyang dan kerap dipertunjukkan saat event resmi. “Mulanya sepeda goyang saya mengetahui pertama tahun 2010. Itu berawal dari komunitas sepeda tua (KOSTI) waktu mengelar event di kawasan Monumen SLG. Lalu ada orang Surabaya yang menawari, akhirnya belajar dan bisa menaikinya,” terangnya.
Meski demikian, dirinya telah bangga dan memiliki menaiki sepeda unta. Pada teras rumahnya terdapat 6 sepeda tersebut selain satu sepeda goyang. “Bila serius belajar cukup satu jam, cuma tinggal pinggul melancarkan goyangnya dan menjaga keseimbangan. Kesulitannya mungkin pada sadel karena otomatis bisa belok sendiri,” imbuhnya.
Penulis : Yusril Ihsan Editor : Nanang Priyo Basuki