Ketika budaya diberi panggung, jiwa kota pun bersuara. Dan malam itu, Kediri bernyanyi dalam bahasa yang paling purba dan paling mulia: seni yang hidup.
KEDIRI – Di bawah gemerlap langit malam dan semilir angin Mojoroto, seni dan spiritualitas bersatu dalam harmoni budaya yang memukau. Festival Sendratari Dewi Songgo Langit, edisi ke-6 Kediri Battle Culture Art, kembali menggelora pada Sabtu malam (28/6), menjadi titik temu antara masa lalu yang arif dan masa depan yang penuh harap.
Wakil Wali Kota Kediri, Qowimuddin Thoha, yang akrab disapa Gus Qowim, membuka festival dengan pesan yang menggugah hati. Ia menyerukan agar seni dan budaya dijadikan fondasi dalam membentuk jati diri serta menghidupkan semangat perubahan Kota Kediri.
Bukan hanya sebagai tontonan, tetapi sebagai cermin rasa—sebuah ruang kontemplasi untuk mengenal diri dan mempererat ikatan sosial masyarakat.
“Malam ini, kita disatukan oleh semangat, budaya, dan spiritualitas. Festival ini adalah panggung jiwa, tempat kita merawat akar dan menumbuhkan harapan,” ucap Gus Qowim, yang disambut tepuk tangan hangat ratusan hadirin; dari seniman, budayawan, hingga masyarakat umum.
Digelar bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah, festival ini bukan sekadar hiburan, melainkan pancaran identitas lokal yang terus dirawat dan dihidupkan.
Gus Qowim juga menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi Sapta Cipta Kota Kediri, khususnya pilar The City, yang menjadikan Kediri sebagai kota destinasi wisata berbasis budaya.
“Budaya bukan debu masa silam. Ia adalah denyut kehidupan yang menari di setiap zaman. Malam ini, kita menyaksikan seni yang hidup—yang menjadi energi perubahan dan kebanggaan kota,” tambahnya.
Puncak acara adalah pengumuman para pemenang yang telah menampilkan kekuatan narasi, gerak, dan jiwa dalam balutan sendratari:
Juara I: Sekar Jaya – Nomor urut 06
Juara II: Kridha Manggala – Nomor urut 08
Juara III: Sri Manggala Jaya – Nomor urut 03Harapan I: Satria Kusuma Kencana – Nomor urut 07
Harapan II: Brawijaya Putra – Nomor urut 02
Festival ini diharapkan terus menjadi agenda tahunan yang tak hanya mengharumkan Mojoroto sebagai kawasan kaya budaya, tetapi juga memperluas magnet wisata Kota Kediri.
Sebab di setiap gerak tari, ada doa yang mengalir; dan di balik tiap langkah panggung, ada semangat yang membara—membangun Kediri dengan jiwa yang penuh warna
jurnalis : Anisa Fadila