KEDIRI – Menyebut nama Tjatur, namanya tidak asing bagi warga Kediri dan sekitarnya. Sosok pendiam dan ramah pada siapapun, dulunya dikenal sebagai anggota Resmob Polres Kediri Kota memiliki prestasi gemilang. Tak terhitung kasus mulai perampokan nasabah BRI hingga kasus pembunuhan dan perkosaan berhasil diungkapnya
Atas prestasinya ini, Kapolres Kediri Kota AKBP Wahyudi. S.I.K., M.H. pada Senin (02/08) menggelar Upacara Korps Rapor Kenaikan Pangkat dan Pemberian penghargaan kepada 25 anggota berprestasi. Dalam sambutannya, AKBP Wahyudi menyampaikan rasa bangga atas kinerja anggotanya meski di masa pandemi. “Dedikasi, loyalitas dan integritasnya sangat tinggi meski di masa pandemi,” ungkapnya.
Memiliki nama lengkap Ipda Tjatur Satrijo Utomo, hasil pernikahannya dengan Wiwit Mandalawati mendapatkan dua buah hati, Sukma Adhitama Mahardika dan Wesson Duaja Mahardika. Tinggal bersama keluarganya di Perumahan Wilis Indah II Blok G-4 nomor 4 Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto.
“Saya lahir 9 Juli 1964, bapak saya juga polisi namanya almarhum Kadar, dulu juga berdinas di Polres Kediri Kota. Sementara ibu hanyalah ibu rumah tangga yang mengasuh 10 anaknya. Saya masuk polisi tahun 1982, berpangkat Tamtama menjalani pendidikan di Pusdik Brimob. Lulus 1983 penempatan pertama di Pasuruan selama 6 tahun,” ucapnya, saat ditemui di Ruang Satresnarkoba Polres Kediri Kota.
Begitu bapak meninggal, atas permintaan sang ibu menghendakinya berpindah tugas dekat rumah. Kemudian tahun 1989 masuk Kediri, dinas di Sat Sabhara Polres Kediri Kota. “Baru tiga bulan berdinas, kemudian diminta menjadi driver Kapolres Kediri Kota, Bapak Suroso. Rupanya ini berlanjut hingga lima kapolres, saya mengabdi sebagai pengemudi,” terangnya.
Penghargaan Kapolres Kediri Kota
Tahun 1994 akhirnya dia mengikuti Pendidikan Bintara Reguler di SPN Mojokerti dan lulus berpangkat Serda. “Usai lulus sempat menjadi driver lagi, kemudian tahun 1995 masuk di Reskrim hingga tahun 2013. Kemudian berpangkat Aiptu, pindah pindah tugas di Polsek Kediri Kota,” jelasnya.
Meski sarat prestasi dan punya keahlian dalam menembak, namun dia mengaku pernah gagal saat mengikuti pendidikan Perwira Alih Golongan. “Tahun 2014 saya gagal kemudian tahun 2019 ada kesempatan kembali kemudian lulus dan sempat menduduki jabatan Kanit Intel Polsek Pesantren selama tiga bulan. Selang tiga bulan kemudian, saya berpindah tugas lagi menjadi Kanit Opsnal Satresnarkoba Polres Kediri Kota,” imbuhnya.
Rupanya dia sejak kecil bercita-cita menjadi polisi, seperti halnya sang bapak berdinas di Satlantas. Dia pun mengakui semasa muda hingga awal masuk polisi kerap terlibat perkelahian. “Memang saya suka gelut, bahkan saat dinas di Pasuran sempat empat kali masuk sel. Gara-garanya bertengkar dengan sesama anggota dan instansi samping, tapi sekarang kapok karena sudah tua,” ungkapnya sambil tersenyum.
Kenangan Ungkap Perampokan BRI
Dia pun membenarkan punya sejumlah kenangan selama berdinas sebagai anggota Polri, salah satunya ungkat kasus perampokan nasabah bank di Kantor BRI Cabang Kediri. “Padahal saat itu saya mau memburu pelaku pemerkosaan, masih bersama korban. Kemudian berpapasan dengan motor Suzuki Satria melaju dengan kecepatan tinggi,” ceritanya.
Apalagi terlihat yang dibonceng sambil menyebarkan uang lembaran lima puluhan ribu. Menjadikan instingnya sebagai anggota Resmob menaruh kecurigaan. Akhirnya dia memutus mengejar dua berboncengan motor tersebut.
“Insting saya jelas penjahat sampai depan CPM saya bingung, dia belok mana saya memilih lurus lewat Bundaran Sekartaji berspekulasi. Ternyata benar, kita berpapasan di lampu merah, semakin saya kejar semakin tancap gas. Sampai depan IKIP (Kampus UNP, red) saya kasih peringatan namun tidak mau berhenti,” ucapnya.
Akhirnya semua pelaku berhasil dilumpuhkan dan kedapatan membawa senjata tajam jenis berang. “Saya ditelepon Pak Kapolresta, apakah benar melakukan penembakan saya bilang ya. Lalu apa yang dirampok, saya bilang tidak tidak tahu namun ada bukti uang dan senjata tajam penuh darah. Keduanya saya borgol kemudian saya bawa ke RSUD Gambiran,” jelasnya.
Makanya bagi Ipda Tjatur bila sekarang ada anggota Polri yang terlihat biyayakan, baginya sangat wajar karena itu bagian dari latihan insting. “Perlu kejelian dan harus selalu dilatih. Namun terus terang selama ini saya bekerja enjoy, bahwa keputusan yang saya ambil tidak ada pengaruh siapapun. Dari sekian banyak penghargaan, saat ungkap perampokan nasabah BRI,” kenangnya.
Jurnalis : Yusril Ihsan
Editor : Nanang Priyo Basuki