KEDIRI – Sebuah inisiatif segar dan penuh inspirasi hadir dari Kelurahan Burengan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Gensobo Farm berhasil membuktikan bahwa pertanian modern bisa dirintis dari nol dan dijadikan sebagai motor kemandirian ekonomi lokal.
Sebanyak 37 remaja, mulai dari pelajar SMP hingga mahasiswa, bahkan pekerja muda, berkolaborasi dalam program agrowisata petik melon yang sepenuhnya dijalankan secara swadaya. Mereka tak hanya belajar bertani, tetapi juga mengelola, memasarkan, dan menyebarkan semangat bertani di tengah masyarakat urban.
Panen perdana sekaligus peresmian Gensobo Farm berlangsung meriah pada Sabtu (5/7), dihadiri langsung oleh Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati. Dengan penuh antusias, Mbak Wali—sapaan akrabnya—menyampaikan apresiasi atas gagasan progresif ini.
“Program ini sangat potensial membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Selain meningkatkan kesadaran menanam, hasilnya juga bisa menunjang kebutuhan pangan lokal dan bahkan menyuplai ke daerah lain,” tutur Vinanda.
Ia juga mengajak masyarakat luas untuk mencontoh langkah Gensobo Farm dan mulai mengadopsi pertanian urban modern sebagai bagian dari ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Pembina Gensobo Farm, Abdurrahman Tasidjawa, menuturkan bahwa semua dimulai dari semangat dan kemauan anak-anak muda yang ingin belajar dan produktif. Tanpa sokongan dari lembaga atau korporasi besar, mereka memanfaatkan keterampilan yang dimiliki dan terus berkembang bersama.
“Kita libatkan mereka dari nol. Mulai dari tak tahu apa-apa hingga bisa mengelola pertanian. Bahkan yang tidak terjun ke lapangan tetap dilibatkan, misalnya dalam pengelolaan media sosial dan konten kreatif,” jelas Abdurrahman.
Dengan greenhouse berukuran 12×25 meter, mereka kini menanam sekitar 800 melon dari dua varietas unggulan: Golden Alisha dan Ithanon. Meski berada di kawasan perkotaan dengan segala keterbatasannya, mereka tidak gentar. Berbagai pelatihan daring mereka ikuti, dibimbing oleh DPP LDI bidang ekonomi.
Dukungan juga datang dari Yayasan Wali Barokah. Perwakilannya, Sunarto, menyambut baik gerakan ini dan menyebutnya sebagai “napas baru” bagi dunia pertanian. Ia mengingatkan pentingnya regenerasi petani muda agar kejayaan sektor pangan bisa berlanjut.
“Langkah ini sangat positif. Ke depan, pertanian terpadu seperti ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pondok dan mendukung ketahanan pangan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Lebih dari sekadar ladang pertanian, Gensobo Farm telah menjadi ruang pembelajaran, tempat berkumpul, dan sarana pemberdayaan sosial ekonomi. Mereka membuktikan bahwa dengan niat, semangat, dan kolaborasi, anak muda bisa menciptakan perubahan nyata dari hal sederhana.
jurnalis ; Neha Hasna Maknuna