KEDIRI – Demi menambah wawasan dan pengetahuan bagi tenaga pengajar untuk siswa SD dan SMP yang berkebutuhan khusus (Inklusif) di Kota Kediri. Pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Pendidikan menggelar Program Pendampingan Penyelenggaran Pendidikan Inklusif di Kota Kediri, berakhir hari ini 16 Oktober 2021. Disampaikan Drs. Siswanto Kepala Dinas Pendidikan melalui Ibnu Qoyyim selaku Kepala Bidang Pendidikan Dasar. Sebanyak 50 peserta, mendapat sejumlah materi tim pemateri Universitas Brawijaya bertempat di Aula Dinas Pendidikan Kota Kediri.
Bekerjasama dengan Universitas Brawijaya, program pendampingan ini melibatkan Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M), Fakultas Psikologi, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Fakultas Sospol. Peserta terdiri guru setingkat SD dan SMP terlihat antusias sejak acara pertama dan akan ditutup hari ini, Sabtu (16/10).
“Tujuannya pendidikan dan latihan bagi guru-guru inklusif ini, untuk meng-upgrade keilmuan inklusi pada guru pendamping. Karena selama ini guru inklusif di Kota Kediri sudah lama sekali tidak mendapatkan bimbingan atau pelatihan. Kami mendatangkan dari Universitas Brawijaya dan tentunya ada metode pembaruan yang bisa didapatkan sebagai bekal mengajar siswa inklusif,” jelas Ibnu Qoyyim disela-sela acara.
Pembelajaran Aksesibel
Besar harapan, dengan bekal keilmuan ini mampu membangun karakter dan literasi siswa berkebutuhan khusus. “Tantangannya sangat berat, karena mereka anak-anak berkebutuhan khusus. Beda dengan anak-anak reguler untuk menghadapi. Contoh ada 5 siswa inklusi, maka karakter dan kebutuhannya berbeda. Sehingga setiap guru harus memahami satu-persatu anak didik inklusif itu yang berat,” jelas Kabid Dikdas Dinas Pendidikan.
Ditambahkan Ibnu Qoyyim, bila anak didik reguler bisa dipandu dari sekolah dengan menggunakan sistem daring, zoom, google meet atau WhatsApp. “Tapi kalau anak-anak inklusif? Berbeda, mereka belum tentu bisa menangkap kalau lewat zoom atau google meet. Makanya kebanyakan para guru inklusif ini harus berkunjung ke rumah siswa
Ketua Pelaksana Dosen Berkarya Pendampingan Pelatihan Pendidikan Inklusif dan merupakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, Alies Poetri Lintangsari menyampaikan bahwa kegiatan ini terdiri empat rangkaian. “Rangkaian pertama sampai ketiga sudah dilaksanakan secara daring dan sekarang itu merupakan penutupnya. Pelatihan berlangsung kombinasi, memberikan pelatihan kepada guru-guru. Bagaimana menganalisis siswa disabilitas dengan konteks inklusi,” jelasnya.
Dalam rangkaian keempat atau penutup ini, lebih ditekankan kepada prakter dimulai dari simulasi berbagi pengalaman. “Ketika kita mengalami hambatan penglihatan dan bagaimana kalau instruksi pembelajaran tidak aksesibel. Nah salah satunya kita membuat contoh sederhana yang bisa digunakan guru mengibaratkan bumi,” terangnya.
Selain itu juga ada taktik dalam memberikan informasi kepada siswa. Bila siswa memiliki hambatan penglihatan, diberikan jalan dan penanda agar bisa sampai bumi. Ini merupakan bentuk instruksi diferensiasi sederhana yang dapat membantu guru dalam menyiapkan media pembelajaran yang lebih aksesibel. Merupakan tekhologi pembelajaran yang aksesibel untuk siswa disabilitas,” ungkap Alies Poetri Lintangsari
Selain pelatihan, dalam acara ini juga digelar sharing pengalaman dan diskusi tentang tehnik pembelajaran mulai tingkat dasar hingga menengah. “Akhir dari pelatihan ada diskusi terkait formulasi rekomendasi layanan disabilitas. Mulai tingkat pendidikan dasar menengah dan kami akan berikan rekomendasi untuk pelatihan berikutnya,” terang Ketua Pelaksana Dosen Berkarya.