KEDIRI – Tidak banyak yang tahu atas keberadaan Posyandu Lentera Jiwa berada di Desa Baye Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri telah berdiri 2,5 tahun. Satu tempat secara khusus menanggani Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dikelola pasangan suami istri, Esti Pancana Sigit dan Sunarmi. “Alasan kami membantu ODGJ dianggap sebelah mata oleh orang lain, karena keprihatinan telah terabaikan,” ucap Esti Pancana Sigit.
Cukup sederhana pemikiran bapak tiga anak yang sehari-harinya bekerja sebagai Kaur Umum Desa Baye saat ditemui disela-sela kesibukannya menanggani 15 ODGJ, Sabtu (12/06). “Semua manusia memiliki hak yang sama dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama. Sehingga saya terpanggil untuk membantu ODGJ. Siapa lagi kalau bukan kita, kalau kita nggak memulai tidak akan ada yang bantu,” ungkapnya sangat polos.
Sebelum mendirikan Posyandu berkat dukungan pemerintah desa, Esti Pancana Sigit tidak terhitung telah menanggani pasien ODGJ hingga akhirnya bisa sembuh dan bekerja layaknya orang normal. “Awalnya saya melihat ODGJ berkeliaran sambil telanjang di pasar. Lalu saya bawa ke rumah sakit dengan persetujuan keluarganya, saya bina dan sekarang bisa bekerja,” jelasnya.
ODGJ Bisa Disembuhkan
Menurutnya, ODGJ bisa sembuh bila rutin konsumsi obat, diperlakukan seperti manusia, diberi kesibukan hingga mereka bisa mandiri dan tidak meresahkan masyarakat. “Kini mereka sebagian besar telah mandiri, termasuk ada bekerja memetik kangkong dan bisa menyekolahkan anaknya. Saya sudah 6 tahun tapi pendirian Posyandu Lentera Jiwa masih 2.5 tahun,” terangnya.
Ketrampilan paling mudah diajarkan membuat kemoceng dan manik-manik. Pasiennya juga diagendakan mendatang sejumlah tempat wisata di Kabupaten Kediri. “Selama ini kita mendapat dukungan dari pemerintah desa, terutama bantuan makan dan minum. Mereka kita ajak rekreasi, ke Kampung Anggrek, ikut Jambore ODGJ pernah diadakan di Gedung Bhagawanta Bhari dan di Aula Kecamatan Ngadiluwih,” terangnya.
Lalu berapakah jumlah pasien telah ditanganinya dan adakah sumber dana lainnya? Esti Pancana Sigit menyebutkan tidak kurang 60 orang telah sembuh dan sumber dana dari para donatur memberikan bantuan secara iklas namun tidak ingin disebutkan identitasnya.
Lalu harapannya? “Jangan ada yang terlantar dan jika ada yang mau berobat jangan dipersulit, rata-rata mereka tidak mampu. Ada cerita dia tidak punya keluarga, gelandangan dihajar anak-anak muda. Terus oleh pihak puskesmas diobati dan di bawa ke RS Lawang. Setelah disana beberapa minggu lalu dipulangkan ke puskesmas. Lalu dibawa ke pusat rehabilitasi di Kras tapi ditolak. Alasannya banyak, akhirnya kita ke Dinas Sosial setelah kita rehabilitasi kini telah bersama keluarganya,” ucap laki-laki hobi bela diri Karate.
Iklas Melayani Demi Kemanusiaan
Ada pengalaman menurutnya tidak terlupakan, saat tangani perempuan pulang dari TKI. “Dia depresi karena hasil kerja kerasnya disalahgunakan keluarganya lalu dikurung di kamar selama 10 tahun. Lalu anaknya datang ke saya, agar di antar ke RS. Ketika saya lihat rambutnya gimbal, saat saya potong hingga guntingnya patah. Tubuhnya penuh lumpur dan saya sempat diludahi, rupanya dia mengalami kebutaan,” tuturnya.
Selama masa pandemi, kini dirinya disibukkan menanggani 15 orang pasien, beberapa bahkan kini mulai mau membantu dirinya bekerja ke sawah. Juga mulai bisa memasak dan merangkai manik-manik. “Alhamdulillah selama ini keluarga saya mendukung sekali. Saya punya keinginan membuat rumah singgah untuk ODGJ,” ungkap Esti Pancana Sigit sebelum akhiri pertemuan. (kdr)