KEDIRI – Menjelang digelarnya Pemilu Serentak 2024, DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Kediri, menggelar senam massal di area Simpang Lima Gumul (SLG), Minggu (21/01). Acara ini diikuti oleh ratusan simpatisan, relawan serta calon legeslatif dari berbagai Daerah Pemilihan (dapil)
Senam massal yang digaungkan, tidak hanya sebagai citra partai dan ajakan memilih pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Akan tetapi ditekankan sebagai simbol, nilai-nilai pendidikan politik yang ingin disampaikan. Pendidikan politik akan mudah diterima jika nuansanya terbungkus santai
“Kegiatan utamanya senam dan yang kedua untuk sosialisasikan program kampanye. Karena program pendidikan terbaik bagi pemilih itu menginformasikan gagasan dan program. Yang diharapkan masyarakat datang, ikut kegiatan dengan senang dan tahu apa yang dilakukan PKS dalam pemilu ini,” terang Ketua DPD PKS, Marendra Darwis.
Framing PKS Anti Budaya
Selain itu, dengan kegiatan ini ditujukan kepada para simpatisan dan masyarakat, untuk hidup sehat. Kesehatan menjadi hal penting agar aktivitas sehari-hari bisa terlaksana
“Senam itu representasi kesehatan, sesibuk apapun kesehatan tetap nomor 1, presiden saja nomor 1. Karena kesehatan yang terganggu itu akan mengacaukan kegiatan yang lain, maka dari itu kita punya senam nusantara PKS,” jelasnya
Salah satu peserta senam yang merupakan anggota simpatisan PKS Nani Vario Isna menyebut. Agenda ini sangat menyenangkan baginya. Selain itu, ia juga bisa mengarahkan masyarakat agar menenangkan PKS dan mengajak membangun Indonesia lebih baik
“Yaa alhamdulillah senang ya bisa ikut acara ini. Tentunya senang dan sehat setelah mengikuti acara senam massal ini. Harapannya tentu kita harus bisa memenangkan PKS dan Calon Presiden nomor urut 1. Agar Indonesia lebih baik ke depannya,” jelasnya
Dalam momentum ini, ditambahkan Marendra Darwis, untuk membuktikan bahwa isu-isu di luar sana tidak benar. Isu yang menyebutkan PKS anti dengan budaya dan lain sebagainya, hanyalah framing.
“Sekedar catatan, ini hal yang baru bagi PKS karena selama ini dianggap dan identik dengan tidak mau yang begitu-begitu. Dengan acara ini, dengan sendirinya terbantahkan. Sebenarnya bukan hal baru, seperti wayangan dan jaranan itu hal yang biasa. Cuma karena politik, seolah-olah di-framing kita menolak budaya,” jelasnya.
Jurnalis : Wildan Wahid Hasyim Editor : Nanang Priyo Basuki