KEDIRI – Pemerintah Kota Kediri melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan seluruh kelurahan di Kota Kediri kini tengah menyiapkan diri membentuk Kampung Tangguh Bencana. Merupakan istilah lain dari Desa Tanggung Bencana (Destana) memiliki fungsi dan tugas yang sama. Usai melakukan pembentukan dan pelatihan bagi relawan bencana di Kelurahan Gayam Kecamatan Mojoroto kemarin. Pada Kamis (02/12) giliran menggelar acara serupa di wilayah Kelurahan Dandangan Kecamatan Kota.
Mengajak masyarakat untuk mengantisipasi dan memiliki respon cepat dengan memperdayakan masyarakat sesuai prosedur dalam penangganan bencana. Merupakan tujuan utama dibentukan Kampung Tangguh Bencana. Untuk pembekalan, dihadirkan narasumber Inggit Fandayati dari Lembaga Pujiono Center Jogjakarta. Peserta terdiri LPMK, para Ketua RT, Ketua RW, organisasi kepemudaan dan PKK ini, digelar selama tiga hari.
Disampaikan Wawan Wicaksono selaku Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Kediri, bahwa pembentukan kampung tangguh bencana tujuan utamanya mengantisipasi dan memperdayakan masyarakat utama di setiap kelurahan. “Saat ini kami pembentukan kampung tangguh di Kelurahan Dandangan agar bisa mandiri menghadapi bencana. Pengalaman sebelumnya, selain kebakaran karena di lingkungan yang padat, potensi terjadi banjir dari luapan aliran Sungai Kresek,” terangnya disela-sela pelatihan.
Bahwa melihat faktor ketinggian tanah, maka keberadaan Kelurahan Dandangan lebih rendah daripada sungai. “Kami mengundang sekitar 40 orang dari unsur LPMK, karang taruna, Ketua RT, Ketua RW dan PKK. Hari pertama materinya teori dan kajian potensi bencana. Hari kedua diskusi pemetaan lokasi bencana. Kemudian hari ketiga pembentukan forum berisikan para relawan kampong tangguh bencana,” jelasnya.
Terkait pembentukan Destana, Inggit Fandayati selaku narasumber ada 30 indikator harusnya dipenuhi dan idealnya membutuhkan waktu satu Minggu hingga 12 hari untuk pelatihan. “Namun karena keterbatasan waktu, jadi 3 hari fokus kepada kajian risiko bencana kemudian pembentukan Forum PRB dan relawan,” jelasnya.
Besar harapan, jelas Inggit, bila kampung tangguh bencana mampu memotivasi masyarakat untuk memahami potensi bencana. “Seandainya ada bencana, selama menunggu bantuan, mereka mampu menanggulangi dan memulihkan segera setelah terjadi bencana dengan mandiri,” imbuhnya.