KEDIRI – Warga Desa Ploso Lor, Kecamatan Plosoklaten, masih dihantui persoalan kualitas air sumur yang diduga tercemar limbah blotong, sisa aktivitas pabrik gula. Meski sudah ada upaya perbaikan dan bantuan, sebagian warga tetap merasakan bau menyengat serta meragukan kelayakan air untuk dikonsumsi.
Bintoro Edi, salah satu warga terdampak, menilai perbaikan yang dilakukan sejauh ini belum menyelesaikan masalah. “Airnya memang jernih, tapi baunya tidak hilang. Waktu pertama hanya dikuras, sekarang ditutup, hasilnya sama saja,” ujarnya, Rabu (17/9).
Ia juga menyoroti kurangnya transparansi dalam penyampaian hasil uji laboratorium oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH). “Data seharusnya dibuka ke publik. Tapi yang disampaikan hanya ‘layak’ atau ‘tidak layak’, tanpa penjelasan detail,” tegasnya.
Hal serupa disampaikan Munaim. Walau hasil laboratorium menyatakan air sumurnya layak minum, ia mengaku tetap tidak berani mengonsumsinya. “Masih ragu. Bau itu membuat kami tidak yakin,” katanya usai menyampaikan keluhannya kepada rombongan Komisi III DPRD Kabupaten Kediri yang melakukan inspeksi mendadak (sidak).
DPRD Kediri Lakukan Sidak, Desak Solusi Permanen
Melihat keresahan warga yang berlarut-larut, Komisi III DPRD Kediri akhirnya turun langsung ke Ploso Lor. Ketua Komisi III, Totok Minto Leksono, menegaskan pihaknya ingin memverifikasi langsung kondisi di lapangan.
“Kami ingin pastikan betul ada bau, mencari sumbernya, lalu menentukan langkah jangka panjang. Setelah ini, akan ada rapat dengar pendapat (RDP) dengan DLH, BPD, camat, lurah, hingga pihak PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) MKSO Tebu Kebun Dhoho,” jelasnya.
Anggota Komisi III, Wiyono, menambahkan kebutuhan darurat warga tetap harus dipenuhi. “Dari 17 titik sumur, sebagian masih berbau. Untuk kebutuhan minum dan memasak, air bersih tetap harus disuplai,” tegasnya.
Kepala Desa Ploso Lor, Pujiyono, merinci hasil uji laboratorium. Dari 17 titik sumur, hanya satu yang benar-benar layak minum. Sebanyak 11 titik bisa digunakan untuk memasak meski kualitasnya meragukan, sementara lima titik lainnya masih bermasalah karena berbau atau berminyak.
Pihak Pabrik Klaim Sudah Lakukan Upaya
Menanggapi keluhan warga, Ardi Meidianto Putra, Manajer Keuangan dan Umum PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) MKSO Tebu Kebun Dhoho, menyatakan pihaknya sudah melakukan pengeboran di 17 titik sumur dengan kedalaman 30 meter.
“Kami siap membantu jika diminta. Kalau ada permintaan resmi, akan kami ajukan ke Surabaya agar segera direalisasikan,” ujarnya.
Meski keluhan masih ada, sebagian warga mulai melihat perbaikan kualitas air. Sugiyono, misalnya, menyebut air bantuan kini lebih jernih dan tidak berbau. “Harapannya kualitas air kembali normal seperti dulu,” katanya.
Hal senada disampaikan Sumiyem, warga lain yang mengaku sudah bisa memakai air sumurnya untuk memasak karena bau besi berkurang.
DPRD menegaskan persoalan ini tidak bisa berhenti pada bantuan darurat. RDP dengan pihak terkait diharapkan melahirkan solusi permanen agar warga Ploso Lor bisa kembali mengakses air bersih tanpa rasa waswas.
“Air adalah kebutuhan dasar. Masyarakat harus mendapat kepastian, bukan sekadar janji,” tandas Totok.