KEDIRI – Hujan debu, demikian kutipan pernyataan sejumlah warga dibenarkan Nanik selaku Ketua RW. 04 Lingkungan Dander Kelurahan Ketami. Dimana saat terjadi luapan banjir mengeluarkan asap dan berbau amoniak, sebelumnya dari moncong cerobong milik PTPN X PG. Pesantren Baru menggeluarkan asap hitam disertai debu.
“Kasus seperti ini sudah turun temurun dan sudah lama. Pernah didemo, kami diberi kompensasi 150 ribu per rumah. Yang dikeluhkan warga itu batuk, sesak napas dan kulit terasa gatal,” terang Ketua RW,Rabu (15/09). Dia pun mendapatkan keluhan, saat seorang ibu hendak menyuapi anaknya di teras rumah, nasi tersebut tidak bisa dimakan karena dipenuhi debu berwarna hitam pekat.
Nanik mengakui bahwa warganya setiap musim giling mendapatkan kompensasi berupa gula 4 kg, beras 2 kg dan minyak goreng 2 liter. “Alasannya buat ganti bersih-bersih rumah. Namun justru warga Desa Tugurejo yang lokasinya lebih jauh, mendapatkan uang. Memang setiap giling, PG selalu merekrut warga untuk dijadikan karyawan namun tetap semua warga terdampak,” ucapnya.
Salah satu warga paling terdampak, Rupi’ah warga RT. 03 RW. 04 termasuk paling dekat rumahnya dengan keberadaan cerobong milik pabrik gula ini. “Saya nyapu rumah sehari bisa enam kali. Jika residu (debu asap, red) jatuh selain sesak juga baunya minta ampun. Saya tinggal di sini sejak tahun 1993, alasan diberikan nanti saya perbarui. Janji saja dan layanan kesehatan juga tidak ada,” ucapnya.
Terkait permasalahan ini, pihak PG Pesantren Baru melalui Hasan Mursid selaku Assisten Manager Urusan Lingkungan akan menindaklanjuti keluhan masyarakat ini. ”Baik, kami sampaikan ke bagian Humas dan bagian terkait,: terangnya. Sementara terkait sampel air limbah tengah diselidiki Unit Pidana Khusus Satreskrim Polres Kediri Kota, saat sedang proses pemeriksaan di laboratorium.
Jurnalis : Kintan Kinari Astuti Editor : Nanang Priyo Basuki