KEDIRI – Ratusan petani warga Desa Blaru Kecamatan Badas dikabarkan pagi ini (01/08) akan kembali berkumpul di lokasi lahan Galian C dikelola PT. Gemilang Bumi Sarana. Kali ini, mereka akan ajukan tuntutan segala bentuk usaha pertambangan. Meski telah mengantongi ijin resmi agar angkat kaki dari kawasan tempat mereka mencari makan selama ini.
“Kami dari paguyuban meminta ganti rugi kompensasi atas lahan milik H. Sair, warga Dusun Selorejo dan Ibu Siti warga Dusun Ngampel telah dirusak dan digali oleh PT. Gemilang. Selain itu atas kesepakatan bersama, menolak segala bentuk usaha pertambangan di tempat kami bercocok tanam,” ucap Mohammad Arifin, Koordinator Paguyuban Petani Blaru
Diberitakan sebelumnya, berdasarkan data perijinan diterima redaksi, Gemilang Bumi Sarana ini bukan berbadan hukum CV namun merupakan PT. Merupakan perusahaan milik pengusaha perempuan bernama Lintang beralamatkan di Pare. “Ini menyangkut 600 kepala keluarga para petani yang menggarap lahan itu. Ekonomi kami tergantungan disitu. Walaupun toh dapat kompensasi itupun hanya bisa buat hidup beberapa bulan,” ucap Koordinator Paguyuban Petani
Bila kemudian digali, lalu siapa yang akan mengembalikan kubangan berisi air. “Apakah menunggu Gunung Kelud Meletus? Lalu apakah bisa ditanam setelah ijin usaha mereka habis? Kami trauma dan ini pernah terjadi tahun 80-an. Saat itu anak-anak muda dijatah minuman keras. Ekonomi keluarga hancur, akhirnya banyak para perempuan nekat menjadi pekerja seks. Apakah desa kami dijadikan tempat maksiat?,” tegasnya.
Editor : Nanang Priyo Basuki