KEDIRI – Hati siapa yang tak miris melihatnya? Ungkapan itu keluar tegas dari bibir Dodi Poerwanto, Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Kediri, ketika melakukan sidak di SDN Sukorejo 1 Kecamatan Ngasem. Kamis (11/12) itu, Dodi—yang dikenal luas sebagai sosok vokal dari PDI Perjuangan—menghela napas panjang setelah melihat kenyataan pahit di depan mata: anak-anak tak sanggup menelan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya menjadi asupan penuh harapan.
“Anak-anak jujur bilang tidak suka. Lauknya hambar, sayurnya tak menggugah selera. Bahkan potongan semangka—buah yang biasanya jadi favorit—pun ada yang menolak memakannya,” ungkapnya, dengan nada yang menyiratkan kekecewaan mendalam.
Di tengah upaya pemerintah mencetak generasi emas, justru muncul ironi yang seolah menampar nurani. Program yang dimaksudkan untuk menguatkan tumbuh kembang anak kini terganjal pada hal paling mendasar: rasa yang tak layak untuk lidah mereka.
Simbol Anak Terabaikan

Ketika hendak dimintai klarifikasi, Kepala Sekolah Titik Kurniawati tak berada di tempat—salah satu staf menyebut ia sedang keluar tanpa kepastian waktu kembali.
Sementara Mokhamad Muhsin, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri, seperti kasus-kasus sebelumnya juga sulit dihubungi. Telepon tak direspon, dan ruang kerjanya tampak kosong meski waktu masih menunjukkan jam kerja masih berjalan.
“Kami sangat prihatin. Semoga temuan ini menjadi pelajaran besar agar tidak terulang. Anak-anak ini adalah masa depan kita, generasi yang ingin kita lihat bersinar,” tutur Dodi—yang juga menjabat Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Kediri—dengan sorot mata yang tampak menahan kecewa.
Di balik wajah-wajah polos itu, tersimpan harapan sederhana: makanan yang pantas, layak, dan menguatkan. Namun hari itu, menu yang disajikan justru menjadi simbol betapa mudahnya nasib anak-anak terabaikan.









