KEDIRI – Diantara ratusan pejabat kepala desa di Kabupaten, hanya hitungan jari mampu diduduki kaum perempuan. Salah satunya, Anik Muryantini sebagai Kepala Desa Wonoasri Kecamatan Grogol. Dia pun mampu menunjukkan kinerja cukup baik bahkan menjawabnya dengan raihan prestasi. Berdampak positif mengharumkan nama desa yang dipimpinnya.
Menurut Anik demikian sapaan akrabnya, sosok RA Kartini telah memberikan inspirasi bagi kaum perempuan di Indonesia. Dengan semangat dan tekad yang kuat, para perempuan telah mampu menunjukkan kemampuan dan potensi mereka dalam berbagai bidang.
Melalui dedikasi dan kerja keras, dirinya telah berhasil membuktikan. Memiliki peran penting dalam memajukan desa dan menciptakan perubahan yang positif.
Menjabat kepala desa sejak tahun 2019, saat ditemui di ruang kerjanya. Terpampang sejumlah piagam dan piala diraih berkat kerja keras bersama perangkat dan seluruh elemen desa. Dia pun berkisah, awalnya mengawali karier bekerja pada perusahaan asuransi. Namun karena tanggung jawab sebagai istri, memilih mengundurkan diri meski saat itu telah menduduki jabatan sebagai kepala cabang.
“Sebelum menjabat kepala desa, saya bekerja di lembaga insurance. kebetulan disana sudah menjadi kepala cabang. Semenjak saya kuliah, saya telah ikut freelance. Sampai dengan tahun 2019, memutuskan untuk resign untuk fokus mengurus anak dan keluarga,” ungkapnya.
Namun tanpa disangkanya, dirinya didatangi perwakilan Ketua RT dan Ketua RW memintanya maju sebagai calon kepala desa.
“Saat itu masa jabatan pak kades lama, mau habis. Kemudian digelar pemilihan kepala desa dan saya diminta untuk ikut,” terangnya.
Atas seijin keluarga, akhirnya dirinya diusung para tokoh masyarakat untuk mengikuti Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).
“Awalnya sempat diremehkan waktu awal mencalonkan diri, kenapa harus perempuan. Apa tidak ada laki laki yang bisa memperjuangkan masyarakat desa dan menjadi kepala desa. Sikap seperti itu saya terima dan tidak dibalas dengan kata – kata. Namun dengan niat dan kerja keras, koordinasi dan dukungan semua pihak mampu menjadikan Wonoasri sebagai desa mandiri,” ucap Anik.
Disinggung kunci kesuksesannya, dengan tegas Anik menyatakan bekerja tanpa mengeluh lelah dan dan harus mampu menjadi pelayan publik.
“Bekerja jangan suka setengah – setengah, harus totalitas semua energi dikerahkan untuk bekerja. Terutama jika menjadi pemimpin dan pelayan masyarakat. Kami di kantor jam 8 pagi sudah standby, mengingat kebiasaan masyarakat selalu pagi-pagi sudah di kantor desa untuk menyelesaikan urusan administrasi,” tuturnya
Perbedaan gender dan harus berprofesi ganda antara seorang istri dan pemimpin? Anik mengaku tidak patah semangat. Ia telah menanamkan semangat, bahwa wanita harus bisa maju dan berkembang. Tentunya perjuangannya selama ini, tidak lepas dari pengalaman kerja sebelumnya diharuskan meraih target tertentu
“Alhamdulillah saya tidak pernah minder, kami sudah terbiasa berkomunikasi dan bekerjasama dengan siapapun. Dulu ketika menjadi kepala cabang, hanya diisi empat perempuan di seluruh Indonesia dari 27 kepala cabang,” terang Kades Wonoasri.
Perempuan kelahiran Nganjuk ini menambahkan, bahwa dirinya telah membuat program kerja di dalamnya terdapat visi misi. Bila terjadi permasalahan dialami warga, selama ini mampu diselesaikan dengan dialog dan musyawarah.
Keberadaan desa tidak jauh dari kawasan Bandara Internasional Dhoho, menjadikan Anik kian bersemangat mengajak warganya untuk membuat produk UMKM.
“Mimpi saya saat ini menjadikan Desa Wonoasri sebagai ikon Kampung UMKM di Kabupaten Kediri. Seiring beroperasinya bandara internasional, saya punya keinginan terdapat tempat pusat oleh-oleh khas Kediri dengan difasilitasi pemerintah,” jelasnya.
Jurnalis : Wildan Wahid Hasyim Editor : Nanang Priyo Basuki