KEDIRI – Kota Kediri menjadi tuan rumah The 2nd International Symposium on Cross-Cultural Heritage Indonesia – Malaysia yang digelar di salah satu hotel di Kediri, Senin (05/05). Simposium ini mengangkat tema “Historical Perspective on the Relationship between Javanese Civilization and the Malay Peninsula”. Dimana mempertemukan tokoh akademisi dan budaya dari Indonesia dan Malaysia, untuk mempererat kerja sama lintas budaya dan sejarah.
Wali Kota Kediri, Vinanda Pramesti, secara resmi membuka acara ini didampingi Rektor Universitas Nusantara PGRI Kediri, Dr. Zaenal Afandi, M.Pd, perwakilan Universiti Teknologi Malaysia, Prof. Madya Dr. Alice Sabrina Ismail, Ketua Dinas Warisan Seni dan Budaya Melaka, Moh. Nasarudin bin Rahman serta tokoh budaya Malaysia Rosli bin Haji Nor dari Persatuan Warisan Kita dan Komisariat IAI Wilayah Kediri, Yayan Indrayana.
Dalam sambutannya, Mbak Wali sapaan akrabnya menjelaskan, bahwa simposium ini sejalan dengan visi Kota Kediri sebagai kota yang maju, agamis, produktif, aman, dan ngangeni. Ia juga mengajak seluruh pihak untuk memanfaatkan momentum ini sebagai sarana mempererat persaudaraan budaya serumpun.
“Kota Kediri ini memiliki potensi besar sebagai pusat warisan budaya, termasuk kisah Panji yang telah diakui UNESCO, dan ini menjadi modal penting untuk penguatan hubungan antarbangsa,” ujarnya.
Zaenal Afandi, menekankan bahwa interaksi antara peradaban Jawa dan Melaka sudah berlangsung sejak abad ke-12, terutama melalui jalur perdagangan rempah-rempah.
“Hubungan ini bahkan dulu memainkan peran penting Dalam membentukkan identitas budaya Serta dinamika politik kawasan Asia tenggara Pengaruh budaya Jawa dapat ditemukan Dalam bahasa khususnya sastraan seni dan struktur bangunan Di beberapa wilayah semenajung Malaysia Sementara kalau kita amati Pengaruh budaya Malayu ini juga memperkaya Dinamika sosial dan spiritual masyarakat Jawa Interaksi lintas budaya,” ungkap Rektor UNP.
Sementara itu, Moh. Nasarudin mengungkapkan rencana Pemerintah Negeri Melaka untuk membangun Perkampungan Jawa seluas lima hektare sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa di Malaysia. “Kami ingin menghidupkan kembali budaya Jawa yang mulai tergerus di kalangan muda, dan menjadikannya sebagai living museum yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara,” ucap perwakilan Universiti Teknologi Malaysia.
Simposium ini juga menghasilkan komitmen lanjutan untuk kolaborasi riset budaya, penerbitan jurnal bersama, dan peningkatan kerjasama akademik antara Universitas Nusantara PGRI Kediri dan Universiti Teknologi Malaysia.
Acara ini menjadi tonggak penting dalam upaya melestarikan dan mengembangkan warisan budaya Jawa dan Melayu, serta memperkuat kerja sama antarnegara melalui pendekatan sejarah dan kebudayaan.
Jurnalis : Neha Hasna Maknuna