KEDIRI – Tradisi Lebaran Ketupat sangat terjaga kuat bagi warga Kediri dan sekitarnya. Sesuai jadwal, berlangsungnya seminggu setelah lebaran Idul Fitri. Hal ini tidak lepas dari sejarah perjalanan Islam masuk ke Indonesia. Ada yang menyebutkan, jika belum makan ketupat makan semua dosa belum sah untuk dimaafkan
Namun, ada juga menyebutkan satu keyakinan salah satu Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga yang kali pertama memperkenalkan ketupat. Disebutkan, ini merupakan ajaran dalam Agama Islam mengenai cara bersyukur kepada Alloh Swt untuk bersedekah dan menjalin silahturahmi di hari lebaran.
Kemudian bagi Orang Jawa, Ketupat sendiri memiliki makna cukup dalam. Dari bungkusnya terbuat dari Janur (daun kelapa, red) kuning. Melambangkan penolak bala bagi orang Jawa sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer,”. Bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah.
Rumitnya anyaman membuat bungkus ketupat, juga diartikan beragam kesalahan atau masalah manusia. Sedangkan warna putih dari beras merupakan isi dari ketupat ketika dibelah. Menggambarkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan.
Namun dibalik semua itu, Lebaran Ketupat membawa berkah tersendiri bagi para pedagang. Seperti terlihat di Pasar Setono Betek Kota Kediri, pada Senin (15/04). Omzet yang didapat dari berjualan bungkus ketupat, bisa mencapai Rp. 1,5 juta dalam sehari.
Hal ini dibenarkan Maria Ulfa salah satu pedagang, mengaku selalu menjual janur saat menjelang lebaran. Pembeli pun lebih banyak membeli janur, daripada sudah berbentuk bungkus ketupat.
“Jualan janur satu papah (tangkai, red.) 45 ribu, bila tidak mau repot merakit anyaman beli satu ikat isi 10 harga 12 ribu. Laku paling banyak kemarin dapat 1,5 juta namun hari ini sepertinya jauh lebih ramai,” terangnya.
Dia pun mengaku telah berdagang sejak tahun 2008, ini merupakan omzet tambahan di Bulan Syawal. Selain kesehariannya berjualan bahan kebutuhan dapur. Siti merupakan salah satu pembeli mengakui bahwa ketupat merupakan tradisi keluarganya.
“Ini beli buat sendiri dan nanti dikasihkan ke keluarga besar,” ungkapnya, ditemu usai belanja janur.
Jurnalis : Sigit Cahya Setiawan Editor : Nanang Priyo Basuki