KEDIRI – “Sudah saya strap tim saya,” ucap Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, Senin (18/04) di Pendopo Panjalu Jayati. Menyikapi masih adanya tempat hiburan yang beroperasi di saat Bulan Ramadhan. Tentunya harapan orang nomor satu di Kabupaten Kediri ini sesuai surat edaran telah dikeluarkan untuk menjaga kesucian selama Bulan Ramadhan.
Pernyataan di atas disampaikan, orang nomor satu usai menghadiri Buka Bersama dan Santunan Yatim Piatu digelar serentak di seluruh Kabupaten Kediri. Sedikitnya 1.350 anak baik yatim maupun piatu termasuk anak-anak panti asuhan. Mengikuti secara langsung melalui media daring digelar pada 26 kecamatan.
Hadir di acara pendopo, Wakil Bupati Dewi Mariya Ulfa, Ketua DPRD Dodi Purwanto, Kapolres Kediri AKBP Agung Setyo Nugroho, Kapolres Kediri Kota AKBP Wahyudi, Dandim 0809 Letkol. Inf. Rully Eko Suryawan, Kasi Intelejen Kejaksaan Negeri, Roni S.H., serta sejumlah pejabat di lingkungan pemerintah kabupaten termasuk Ketua TP PKK, Eriani Annisa Hanindhito. Adapun mengisi siraman rohani dan dilanjutkan imam jamaah Salat Maghrib, KH. Maksun.
Dalam sambutannya, Mas Dhito berharap momentum puasa ramadhan ini untuk meningkat iman dan ketakwaan sekaligus idelogi kecintaan kepada bangsa dan negara. Disela-sela acara, dia pun meminta perwakilan salah satu anak untuk maju ke depan mengucapkan sila dalam Pancasila. “Acara seperti ini bagian dari mewujudkan kesejahteraan dan keselamatan untuk seluruh warga di Kabupaten Kediri tercinta,” ungkapnya.
Ditambahkan Bupati, bahwa seiring kepemimpinannya ini merupakan agenda rutin digelar baik di pendopo kabupaten maupun di pendopo kecamatan. “Sebenarnya ini agenda rutin memberikan santunan, bukan hanya di pendopo kabupaten namun juga di pendopo kecamatan. Tahun lalu karena terganjal Covid, maka tahun ini bisa lebih banyak,” terangnya.
Terkait bentukan perhatian khusus orang nomor satu di Kabupaten Kediri terhadap anak-anak? “Terutama anak-anak kita berada di pondok. Selalu dalam setiap kesempatan bertemu mereka, saya selalu tanyakan soal ideologi. Bahwa terdapat pergerakannya sangat masif dan senyap. Makanya di sejumlah pondok pesantren seperti Lirboyo, Ploso Mojo dan sebagainya. Selalu mengutuskan sejumlah guru untuk menyebarkan ilmu agama,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Mas Dhito sebenarnya berniat telah menyiapkan beasiswa kepada Balqis, santri dari salah satu pondok pesantren bertugas membaca Kitab Suci Al –Qur’an. Begitu dipanggil Bupati dan ditanya langsung, Bilqis mengaku memilih melanjutkan mencari ilmu di pondok pesantren. “Namun saya yakin pendidikan di dalam pondok pesantren dan pendidikan formal, kualitasnya sama,” imbuh Mas Dhito.