KEDIRI – Menyadari pentingnya pesantren sebagai tempat pembinaan karakter generasi muda yang hidup dalam komunitas, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kediri menggelar kegiatan “Orientasi Pendampingan Poskestren” pada Kamis (10/7). Acara ini berlangsung di Pondok Pesantren Nurul Huda Al Manshurin LDII Kresek, dengan tujuan memperkuat peran Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) sebagai garda terdepan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengelolaan Pelayanan Promosi Kesehatan. Pesertanya terdiri dari 10 santri husada dan dua pengasuh dari masing-masing lima pondok pesantren yang berpartisipasi, yaitu Pondok Wali Barokah, Al Khasun, Tri Barokah, Al Manshurin, dan Nurul Hakim.
Koordinator Promosi Kesehatan Dinkes Kota Kediri, Emy Widyastuti, SKM., M.Kes., menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk menghidupkan kembali semangat dan fungsi Poskestren agar tetap aktif dan berkelanjutan.
“Pesantren adalah tempat hidup bersama. Aktivitas sehari-hari dilakukan secara komunal—makan, tidur, belajar. Ini sangat baik untuk pembentukan karakter, tapi juga punya tantangan besar dalam aspek kesehatan. Jika satu santri sakit, sangat mungkin menular ke santri lain,” ujar Emy.
Ia menegaskan bahwa Poskestren bukan hanya tempat pengobatan, tetapi juga pusat edukasi kesehatan. Fokus utama Dinkes adalah upaya preventif melalui pembentukan kader santri husada yang aktif di setiap pesantren.
Saat ini, dari total 40 pesantren di Kota Kediri, sebanyak 28 sudah memiliki Poskestren aktif. Sisanya, 12 pesantren, masih dalam tahap pengembangan. Tantangan terbesarnya adalah regenerasi kader yang konsisten dan berkelanjutan.
Dalam orientasi tersebut, para peserta juga mendapatkan materi tentang program Aksi Bergizi, yang meliputi kebersihan lingkungan untuk mencegah DBD dan penyakit kulit, olahraga rutin, pola makan sehat, serta konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi santri putri guna mencegah anemia.
Dinkes juga memperkenalkan metode Survei Mandiri Terstruktur (SMT) sebagai salah satu pendekatan baru dalam pelatihan lanjutan bagi para kader.
Salah satu peserta, Rasta Ardia, santri dari Pondok Pesantren Nurul Huda, mengaku mendapat banyak manfaat dari kegiatan ini. “Kegiatannya sangat bermanfaat, karena bisa menyegarkan kembali materi penting dan menambah wawasan kami. Alhamdulillah, Poskestren di pondok kami sudah aktif, fasilitasnya lengkap, dan pelayanannya juga sudah berjalan baik,” ujarnya.
Dengan orientasi ini, Dinkes berharap para santri husada bisa menjadi agen perubahan dalam membentuk budaya hidup bersih dan sehat di lingkungan pondok masing-masing. Tujuan utamanya adalah menciptakan pesantren sehat yang mandiri, baik secara individu maupun lingkungan.