KEDIRI – Siapa yang tidak mengenal Tan Malaka? sosok yang cukup ‘misterius’ dalam sejarah republik ini merdeka. Ia adalah tokoh pergerakan, pemikir, sekaligus filsuf yang juga salah satu tokoh founding fathers bangsa Indonesia. Hari ini, Senin Pon 21 Februari 2022, tepat 73 tahun lalu Tan gugur di Bumi Kediri tepatnya di Desa Selopanggung Kecamatan Semen Kabupaten Kediri.
Demikian ucap Imam Mubarok, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), Senin (21/02), bersama perwakilan perwakilan pengurus usai menggelar refleksi dan doa bersama di Makam Tan Malaka. “Sesuai Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 53 Tahun 1963 berisi tentang penetapan Tan Malaka sebagai pahlawan kemerdekaan. Ini sudah final tidak bisa dipungkiri. Oleh karena jasa-jasa beliau yang cukup besar bagi Bangsa Indonesia , maka seharusnya masyarakat Kediri lebih mengenal beliau,” terang Gus Barok, sapaan akrab Ketua DK4.
Ditambahkannya, selain lebih mengenal, diharapkan Pemerintah Kabupaten Kediri juga harus ambil bagian dalam mengenalkan Tan Malaka sebagai sosok pejuang kemerdekaan. Kemudian dia menyarankan menjadikan kawasan makam Tan Malaka sebagai destinasi wisata.
“Alhamdulillah hari ini DK4 melakukan refleksi dan doa bersama bersama sejumlah mahasiswa dan beberapa kawan media. Semoga ini bisa menjadi pemicu dimulainya pengenalan, dimana Tan adalah tokoh penting Bangsa Indonesia yang gugur dan dimakamkan di Selopanggung Kediri,” tambahnya. Tan Malaka yang dijuluki sebagai Bapak Republik adalah pucuk penghulu (raja) di kampungnya, Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.
“Posisi Tan Malaka sangatlah final dan penting bagi kaumnya sendiri. Di wilayah adat dia membawahi 142 niniak mamak atau kaum, di Kelarasan Bungo Setangkai (tiga nagari: Pandam Gadang, Suliki, dan Kurai),” tegasnya. Tan Malaka bergerilya bertahun-tahun dan melakukan gerakan bawah tanah dalam perjuangan revolusi melawan penjajah asing di bumi Nusantara.
“Tan Malaka adalah sosok yang tak henti-hentinya turut mendesain program-program aksi massa revolusi untuk melawan kaum kolonial. Hampir seluruh tokoh pergerakan revolusi untuk melawan kolonial, tak terkecuali Bung Karno, pernah “berguru” kepadanya soal gerakan revolusi. Namun, nasib Tan Malaka justru berakhir tragis karena ia mati di ujung senjata tentara republik yang ia bela.
Editor : Nanang Priyo Basuki