KEDIRI – Satu tradisi asli Indonesia dan tidak ditemukan di negara lain, yaitu halal bihalal. Meski terdengar seperti Bahasa Arab. Namun, bukan berarti tradisi ini berasal dari sana. Hal ini disampaikan Dr. Imam Fachruddin M.Si, selaku Ketua RT. 23 RW. 03 Perumahan Greenland Gajahmada, berada di Desa Kwadungan Kecamatan Ngasem.
Dikonfirmasi usai menggelar acara Refleksi Halal Bihalal Dalam Kerukunan Umat Beragama bertempat di depan depan Balai Pertemuan Perumahan. Dengan dihadiri seluruh perwakilan warga perumahan, digelar Rabu (08/05) malam.
Dengan mengusung tema, Merawat Persatuan, Menghargai Perbedaan bertempat di depan balai pertemuan perumahan. Disampaikannya, Halal Bihalal sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
“Berarti saling maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat seperti auditorium, aula, dan sebagainya,” jelas Imam Fachruddin yang juga menjabat Wakil Ketua PCNU Kabupaten Kediri.
Hadirkan Tokoh Lintas Agama
Yang menarik dari agenda tahunan ini, secara khusus menghadirkan sejumlah tokoh lintas agama. Diantaranya, Pendeta Dr. Timotius Kabul menjabat Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) dan Romo Alaysius Didik Setiyawan DM menjabat Kepala Paroki Santo Yosef Kediri.
Kemudian, Daniel Chriestantanto selaku Majelis Rohaniawan Pengurus Vihara Jaya Saccako Kediri, Ni Made Susilowati, SH selaku Ketua Parisada Hindu Dharma Kediri dan KH. Dafid Fuadi selaku Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kediri serta Abdul Hamid selaku Kepala Desa Kwadungan dikenal aktifis peduli keberagaman
Menjadikan semangat digelarnya acara, tidak lepas sosok ketua RT juga menjabat Penggiat Moderasi di FKUB Kabupaten Kediri.
“Bahwa Bulan Ramadhan mengajarkan Umat Islam untuk hidup sederhana dan menjalankan amanat. Bahwa di kehidupan nyata, kita semua tidak bisa hidup sendiri. Harus saling menguatkan serta saling mengasihi,” terangnya.
Merawat Tradisi
Atas dasar inilah menjadinya dirinya, ingin mewujudkan lingkungan Perumahan Greenland Gajahmada rasa kebersamaan. Apalagi, warga yang menghuni sangat hiterogen dan beragam agama yang dianut.
“Merawat tradisi saling tolong-menolong, saling mengingatkan untuk melakukan kebaikan, kesabaran dan kasih sayang serta saling menguatkan dalam keimanan. Kebersamaan ini merupakan bentuk nyata ibadah yang sangat mulia dan tentunya membawa berkah. Inilah menjadi semangat kami, menggelar refleksi halal bihalal lintas agama,” ucap Imam Fachruddin.
editor : Nanang Priyo Basuki