KEDIRI – Memiliki nama lengkap Citra Purnamasari Kusuma Ningrum, gadis kelahiran Kediri 19 Mei 2000 ternyata memiliki keahlian dari sejumlah cabang olahraga. Bakat ini rupanya menurun dari sang ayah, Hartoyo. Guru olahraga di SD Negeri Tosaren II Kota Kediri. Anak kedua dari tiga bersaudara ini, prestasi terbaiknya meraih medali emas berturut-turut saat digelar Porprov tahun 2018 di Ngawi dan tahun 2019 di Lamongan.
“Saya berlatih seminggu 5 kali, liburnya Selasa sama Jumat. Jika Wushu sebenarnya ada 2 jenis seni bela diri, Taulo sama Sanda. Aku ikut yang sanda, karenangefek untuk bela diri apalagi cewek. Jaga-jaga kalau ada apa-apa di jalan. Karena tekniknya bisa dipakai untuk proteksi diri. Saya ada 2 saudara kakak cewek dan adik cowok, ibu telah almarhumah,” ucapnya. Saat ditemui di rumahnya, Jalan Erlangga IV RT 05 RW 02 Katang Kecamatan Ngasem, Sabtu (23/10)
Mengenyam pendidikan di bangku SDN Sukorejo II Katang, SMPN 1 Ngasem, SMAN 1 Gurah dan sekarang tercatat sebagai mahasiswa Semester 7 Jurusan Penjas di UNP Kediri. Selain olahraga juga memiliki hobi dancer. “Saya jadi back dancer Happy Asmara untuk video klip lagu Kupuja-Puja dan back dancer video klip Malagata lagu Tetap Woles,” ungkapnya.
Karena Jatuh Justru Bangkit
Cerita tentang masuk olahraga? Citra demikian sapaan akrabnya karena sejak kecil ikut setiap ayahnya berolahraga. “Wah ndue bakat iki” ucapan sang ayah hingga sekarang masih dikenangnya. Awalnya dikenalkan tenis lapangan, kemudian saat duduk di bangku SD mulai belajar renang.
“Habis itu beralih ke volley, tidak lama terus akhirnya keluar sama ayah diajak tenis lapangan lagi. Akhirnya saya tekuni dari SMP hingga SMA kelas 1. Tapi putus nyambung soalnya kalau tenis lapangan saya tidak ikut les, jadi aku individu diajar langsung ayahku. Pernah ikut kejuaraan tenis di Tulungagung dapat perunggu event Bupati Cup tahun 2017 saaat kelas 2 SMA,” jelasnya.
Kemudian saat duduk di bangku kelas 3 SMA, dia kemudian bertemu teman SMP dan akhirnya dikenalkan olahraga Wushu. “Temenku disuruh nyari atlit yang berat badannya 60an. Aku tanya ayahku boleh gak ikut wushu, ya gak apa-apa ikut dan ternyata sampai sekarang. Padahal saat itu saya mau daftar jadi Polwan namun gagal. Kemudian ikut latihan di SMA 5, merupakan tempat berlatih atlit Wushu milik Pemerintah Kota Kediri,” terangnya.
Atas semangat dan giat berlatih, selama dua minggu dia lahap latihan tehnik dasar mulai pukulan dan tendangan. Sebulan berlalu dan tiga bulan kemudian dia kali pertama mengikuti Kejurprov di Jember. “Kali pertama di Kejurprov di Jember dan meraih perunggu. Berlatih terus, kemudian saat ada Kejurnas di Semarang tahun 2018 dapat perungu,” ucap Citra.
Masih di tahun yang sama, 2018 akhir Bulan Desember ikut di Kejurprov Ngawi mendaptkan emas. “Itu pertama kali dapat emas. Terus tahun 2019, Porprov Bulan Juni di Lamongan kembali dapat emas. Dari lima kejuaraan diikuti, alhamdullilah selama ini mendapatkan medali,” akunya.
Pernah cidera? Dia punya mengakui ada cidera karena Wushu merupakan olahraga kontak fisik dan kerap mengalami cidera pada punggung, engkel dan lutut. “Pernah juga trauma seperti takut kalau kumat, kalau kena lagi beresiko. Namun karena motivasi, tidak akan berprestasi dan justru saat kita jatuh bangkitnya bisa lebih tinggi,” jelas Citra. Mengaku tidak ingin berpindah olahraga lain meski di waktu sengang masih menemani sang ayah bermain tenis.