KEDIRI – Pemerintah Kota Kediri memaparkan delapan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting dalam ajang Penilaian Kinerja Stunting Terintegrasi Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, yang digelar Selasa (10/6/2025) di Ruang Joyoboyo, Balai Kota Kediri.
Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, atau yang akrab disapa Mbak Wali, menjelaskan secara rinci langkah-langkah strategis yang telah dan sedang dilakukan pemerintah kota dalam menekan angka stunting. Salah satu yang disoroti adalah penetapan 10 kelurahan sebagai lokus prioritas stunting berdasarkan berbagai indikator, seperti prevalensi stunting, jumlah kasus, serta capaian layanan dasar.
“Langkah ini merupakan hasil dari analisis situasi pada Aksi Konvergensi pertama. Sepuluh kelurahan ini menjadi fokus karena memiliki risiko tertinggi,” ujar Mbak Wali.
Selanjutnya, dalam Aksi Konvergensi kedua, Pemkot telah merancang rencana kegiatan tahunan yang tertuang dalam dokumen kerja TPPS 2025. Lalu, Aksi ketiga diwujudkan lewat Rembuk Stunting dari tingkat kelurahan hingga kota, sebagai forum menetapkan program dan kelurahan prioritas.
Pada aspek regulasi, Kota Kediri sudah menetapkan 6 Perda, 7 Perwali, dan 13 Keputusan Wali Kota guna memperkuat program percepatan stunting (Aksi Keempat). Sedangkan pemberdayaan masyarakat (Aksi Kelima) mendapat dukungan kuat dari PKK, tenaga kesehatan, komunitas peduli ASI, hingga forum anak.
Salah satu inovasi digital yang menarik adalah Aplikasi PAPI ASIK (Program Pemantauan Ibu, Anak, dan Siklus Kehidupan) yang memungkinkan pemantauan data balita secara real time dari Posyandu. Bahkan, teknologi ArcGIS digunakan untuk menyajikan sebaran balita stunting dalam bentuk peta spasial. Ini menjadi bagian dari Aksi Konvergensi keenam.
Publikasi massif juga menjadi bagian penting dari strategi Pemkot (Aksi Ketujuh). Lewat media sosial, cetak, hingga podcast, progres dan informasi penting disampaikan kepada masyarakat.
Di Aksi Kedelapan, Mbak Wali menyoroti bahwa beberapa capaian Kota Kediri bahkan melampaui target nasional dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Stunting (RAN PASTI). Meski begitu, masih ada pekerjaan rumah, seperti cakupan ASI eksklusif dan imunisasi dasar yang belum 100%.
Upaya lain yang dinilai sukses adalah program GEMARIKAN untuk mendorong konsumsi ikan dan penempatan dokter spesialis anak di Puskesmas guna menangani balita stunting yang tidak merespons intervensi awal di Posyandu.
Di akhir paparannya, Mbak Wali menegaskan bahwa persoalan stunting bukan hanya urusan dinas kesehatan. “Ini adalah tanggung jawab bersama semua elemen masyarakat. Kolaborasi pentahelix harus terus kita rawat,” tegasnya.
Turut hadir mendampingi dalam sesi presentasi, Ketua TP PKK Kota Kediri Faiqoh Azizah Muhammad, Sekda Bagus Alit, Kepala Bappeda Chevy Ning Suyudi, serta para kepala dinas terkait, Forkopimda, akademisi, dan berbagai mitra strategis lainnya. (*)