foto : Anisa Fadila

Kediri Kembali Membuka Jalur Langit: Potensi Jamaah Besar Tarik Puluhan Maskapai Asing

Bagikan Berita :

KEDIRI — Langit Kediri seakan membuka peluang baru ketika 28 maskapai asing mendarat di Bandara Dhoho pada Rabu (10/12). Kehadiran mereka bukan sekadar kunjungan biasa, tetapi tanda bahwa mimpi menghadirkan penerbangan internasional dari Dhoho ke Jeddah bukan lagi angan kosong. Tahun 2027 terasa semakin dekat sebagai momentum lahirnya sejarah baru bagi masyarakat Jawa Timur bagian barat dan tengah.

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, menyambut geliat ini dengan keyakinan penuh. Ia memahami bahwa Dhoho belum dapat berperan sebagai embarkasi haji pada 2026, namun semangat untuk menuntaskan seluruh persyaratan sudah menyala lebih terang dari sebelumnya.

“Wilayah tangkapan kita mencakup delapan daerah utama, bahkan bisa menjangkau dua belas daerah. Potensi jamaahnya luar biasa, baik untuk haji maupun umrah. Ini peluang besar, sekaligus kemudahan bagi masyarakat,” ungkapnya.

Harapan itu selaras dengan perjalanan panjang yang membawa Dhoho hingga diakui sebagai bandara internasional. Bagi warga Kediri, kesempatan terbang melalui jalur langit langsung menuju Tanah Suci bukan sekadar layanan baru—tetapi sebuah langkah bersejarah yang menandai perubahan besar di daerah mereka.

Pernyataan Mas Dhito mendapat angin segar dari Menteri Haji dan Umrah, Muhammad Irfan Yusuf. Ia memaparkan bahwa Indonesia membutuhkan bandara alternatif untuk pelayanan haji karena Bandara Juanda kini semakin sesak menampung jamaah. Dari hasil pemetaan, Dhoho muncul sebagai kandidat kuat, meski beberapa persoalan non-teknis membuatnya belum siap menjadi embarkasi pada 2026.

“Insyaallah, pada 2027 nanti, keberangkatan dan pemulangan jamaah haji sudah bisa dilakukan dari Bandara Dhoho,” tegasnya, membawa harapan baru bagi ribuan calon tamu Allah.

Untuk layanan umrah, situasinya lebih menggembirakan. Secara teknis, Dhoho telah memenuhi standar internasional. Yang kini diperlukan hanyalah penyelarasan antarinstansi agar operasional perdana berjalan rapi, aman, dan sesuai protokol global.

Dari sisi operator bandara, Direktur PT Surya Dhoho Investama, Maksin Arisandi, menyampaikan perkembangan yang lebih konkret. Ia menyebut, kehadiran 28 dari 34 maskapai yang diundang—mulai dari Saudi Arabian Airlines, Singapore Airlines, ANA, hingga Malaysia Airlines—menjadi bukti bahwa pasar Kediri telah memasuki radar industri penerbangan dunia.

“Salah satu pekerjaan besar kami adalah menyiapkan fasilitas setara asrama haji jika nanti Dhoho difungsikan sebagai embarkasi,” tuturnya.

Namun untuk umrah, prosesnya jauh lebih sederhana karena tidak membutuhkan asrama khusus. Jamaah di Kediri dan sekitarnya pun sudah menunjukkan antusiasme, hanya menunggu satu hal: maskapai pertama yang berani membuka rute langsung.

Dari berbagai nama yang masuk bursa, Flyadeal—maskapai berbiaya rendah milik Saudi Arabian Airlines—tampak melaju paling depan. Proses administratif telah bergulir, termasuk persetujuan dari GACA yang kini tengah diurus pemerintah Indonesia.

Jika semua prosedur berjalan mulus, penerbangan umrah perdana dari Bandara Dhoho dapat terwujud dalam satu hingga dua bulan ke depan. Langkah kecil yang akan menjadi pijakan besar menuju penerbangan reguler dan penyelenggaraan haji dari Kediri pada tahun-tahun berikutnya.

Sebuah gerbang baru tampaknya benar-benar sedang terbuka bagi Bumi Panjalu.

jurnalis : Anisa Fadila
Bagikan Berita :