KEDIRI – Jumat (31/10) malam di Stadion Sultan Agung, Bantul, bukan sekadar laga tandang bagi Persik Kediri. Pertemuan dengan PSIM Yogyakarta ini menjelma menjadi panggung emosi — tempat gengsi, rindu, dan rivalitas lama berpadu menjadi satu irama yang menggetarkan.
Bagi Persikmania dan Brajamusti, sejarah telah menulis kisah perseteruan yang tak pernah benar-benar padam. Kini, bara itu kembali menyala, diperkuat aroma reuni antara Macan Putih dan mantan kapten kesayangan mereka, Ze Valente, yang kini membela kubu lawan.
Pelatih Persik, Ong Kim Swee, tetap tenang di tengah hiruk pikuk sorotan. Ia menegaskan, semua berjalan sesuai jalur, namun tak menutup mata pada evaluasi mendalam usai hasil kurang memuaskan menghadapi PSM Makassar pekan lalu.
“Kami kehilangan Novri (Setiawan), tapi semangat tim tetap utuh,” ujarnya dengan nada yakin. “Setiap pemain yang turun harus memikul tanggung jawab — laga ini bukan biasa-biasa saja.”
Tanpa Novri yang absen karena kartu merah, posisi bek kanan akan dipercayakan pada Henhen Herdiana atau Kiko Carneiro, dua pemain yang dikenal tangguh dan disiplin. Di sisi lain, Ong mengisyaratkan kemungkinan perubahan strategi. Variasi taktik telah diasah sepanjang pekan, dirancang untuk meredam agresivitas PSIM yang terkenal ganas di kandang.
“Kami sudah menyiapkan beberapa corak permainan. Mana yang paling tepat, akan kita pastikan besok di lapangan,” tambah Ong.
Sementara dari kubu tuan rumah, pelatih Jean Paul van Gastel menyambut kabar baik: kembalinya Anton Fase setelah dua laga absen akibat cedera. “Anton sudah siap. Ia bisa jadi opsi penting bagi kami,” ucapnya singkat namun tegas.
Ketegangan semakin terasa seiring semakin dekatnya waktu kick-off. Bukan hanya karena panasnya rivalitas suporter, tapi juga karena taruhannya: harga diri dan momentum kebangkitan. Persik datang bukan hanya untuk bertanding — mereka datang untuk membuktikan diri.
Di bawah sorot lampu Sultan Agung, suara genderang suporter akan berpadu dengan langkah para pemain yang berlari bukan hanya demi tiga poin, tapi demi kehormatan.
Macan Putih bertekad pulang membawa kemenangan, menyalakan kembali bara semangat yang sempat redup.
Sebab bagi Persik Kediri, setiap pertandingan bukan sekadar soal hasil — melainkan perjalanan panjang menuju kebangkitan yang sesungguhnya.

 
                    







