Dentuman Pecut Samandiman Menggema di Langit Kediri Tandai Pembukaan Festival Kampung Pecut

Bagikan Berita :

KEDIRI – Sabtu sore (08/11/2025), langit Kelurahan Kemasan bergemuruh bukan oleh petir, melainkan oleh letupan ritmis pecut yang beradu di udara. Suara khas itu menggema, berpadu dengan sorak-sorai penonton yang memadati arena Festival Kampung Pecut, ajang tahunan yang kini menjelma menjadi simbol kebanggaan warga Kediri.

Barisan peserta tampak gagah berderet, masing-masing menggenggam pecut dengan penuh khidmat. Di sela dentum dan debur semangat itu, hadir Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, yang dengan senyum hangat menyapa masyarakat, menyampaikan dukungannya untuk pelestarian budaya lokal yang kian berakar kuat.

“Saya bangga bisa hadir di Festival Kampung Pecut. Ini wujud nyata upaya melestarikan budaya Kediri. Pecut Samandiman sudah memiliki HAKI dan menjadi warisan yang harus kita jaga bersama,” tutur Mbak Wali di tengah riuh tepuk tangan warga.

Ia menegaskan, kegiatan ini tak boleh berhenti sebagai perayaan semata. Lebih dari itu, Festival Kampung Pecut diharapkan tumbuh menjadi agenda tahunan yang semakin besar, merangkul lebih banyak daerah dan generasi muda. Tahun ini saja, tercatat 12 daerah ikut dalam kirab pecut — mulai dari Jember, Lumajang, Malang, hingga Jawa Tengah — menandai semangat persaudaraan budaya lintas wilayah.

“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Tahun depan, semoga lebih meriah lagi dan semakin banyak daerah yang berpartisipasi,” ucapnya penuh harap.

Vinanda juga menyoroti keistimewaan Kelurahan Kemasan, yang dikenal sebagai sentra pengrajin pecut di Kota Kediri. Dari tangan-tangan warga yang terampil, lahir karya yang bukan sekadar benda, melainkan simbol keuletan dan identitas. Bahkan anak-anak muda di Kemasan kini banyak yang piawai membuat pecut sendiri — tanda bahwa api tradisi masih menyala di dada generasi penerus.

“Ini sungguh membanggakan. Ketika mereka dewasa nanti, saya yakin semangat melestarikan budaya akan terus hidup di hati mereka,” tambahnya dengan nada optimistis.

Festival sore itu bukan hanya tentang bunyi cambuk yang melengking di udara. Di baliknya, tersimpan kisah tentang dedikasi, warisan, dan cinta pada kebudayaan lokal. Acara turut dimeriahkan oleh pertunjukan jaranan, kirab pecut, serta pameran UMKM yang menampilkan kekayaan karya warga Kemasan.

Tampak hadir mendampingi, Lurah Kemasan Joko Purnomo, Tokoh Seniman Pecut Samandiman Moh. Hanib, para budayawan, pegiat seni, serta tamu undangan lainnya.

Malam pun turun perlahan, namun gema pecut Samandiman terus bergema — bukan sekadar bunyi, tapi denyut kebanggaan yang menandai bahwa Kediri masih menjaga jiwanya: budaya yang hidup, diwarisi, dan terus dirayakan.

Bagikan Berita :