KEDIRI – Semangat tak pernah surut dari para peserta panjat pinang di Festival Omah Sawah hari ke-5, Minggu (24/8). Batang pinang setinggi tujuh meter yang licin oleh baluran oli tak mampu mematahkan tekad mereka. Berkali-kali jatuh, berkali-kali pula bangkit, meninggalkan jejak perjuangan yang disambut sorak-sorai penonton. Tawa riang berpadu dengan tepuk tangan, menjadikan suasana kian meriah.
Walikota Kediri, Vinanda Prameswati, tampak hadir langsung memberi semangat. Beliau mendukung penuh kompetisi yang mempertemukan perwakilan kelompok masyarakat dari berbagai penjuru Kota Kediri.
Ketua Panitia Panjat Pinang, Candra, menuturkan lomba tahun ini diikuti 60 kelompok, masing-masing beranggotakan lima orang. Mereka berasal dari 46 kelurahan, 15 unsur LSM, hingga 14 tim dari masyarakat umum.
“Setiap tim diberi waktu lima menit untuk memanjat. Dalam satu batang pinang, enam tim sekaligus berjuang. Dari puluhan peserta, hanya sepuluh tim beruntung yang berhasil merebut hadiah di pucuk pinang,” jelasnya.
Simbol Persatuan

Lebih jauh, Candra menegaskan bahwa panjat pinang bukan sekadar lomba, melainkan simbol persatuan dan kekompakan masyarakat. “Tradisi ini hampir punah. Melalui festival ini, kita hidupkan kembali agar semangat gotong royong tetap terjaga,” tambahnya.
Sorakan penonton semakin membahana saat kelompok Sister Hong, sekelompok pria yang berdandan ala perempuan, turut memanjat. Aksi kocak mereka mengundang gelak tawa, menjadi bumbu hiburan yang menyegarkan suasana.
Salah satu peserta, Wahyu Widayat dari kelompok Bocah Stasiun (Bosta), Kelurahan Kemasan, mengaku bangga bisa merasakan sensasi panjat pinang untuk pertama kalinya.
“Alhamdulillah, rasanya luar biasa. Tim kami berhasil meraih bendera di pinang nomor 7. Nanti hadiahnya akan kami nikmati bersama-sama,” ujarnya dengan senyum puas.
Festival ini bukan hanya soal lomba, tetapi juga perayaan kebersamaan, di mana tawa, keringat, dan semangat bercampur menjadi satu, menandai hangatnya peringatan HUT RI di Kota Kediri.
jurnalis : Anisa Fadila