KEDIRI – Dalam semangat memperingati Hari Donor Darah Sedunia yang jatuh setiap 14 Juni, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Kediri menggelar perayaan dengan nuansa berbeda. Tak lagi dalam bentuk donor massal seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini mereka hadir lebih lembut, menyebar kebaikan selama beberapa hari agar stok darah tetap terjaga.
Sebanyak 300 souvenir disiapkan khusus bagi para pendonor yang datang langsung ke Unit Donor Darah PMI Kota Kediri. Kepala Unit Donor Darah, dr. Ira Widyastuti, menjelaskan bahwa pola baru ini merupakan hasil evaluasi dari tahun sebelumnya.
“Tahun lalu kami undang 300 orang dalam satu waktu. Sekarang kami ubah agar tidak terjadi penumpukan darah dan pendonor,” ujarnya.
Periode 9 hingga 14 Juni menjadi momentum hangat. Rata-rata 60 hingga 70 pendonor hadir setiap hari—nyaris dua kali lipat dari jumlah biasanya. Mereka datang bukan hanya untuk memberi, tapi juga menerima apresiasi kecil: souvenir personal care berisi kebutuhan rumah tangga seperti sabun mandi, detergen, hingga sabun cuci piring.
Tak hanya itu, hari puncak peringatan 14 Juni makin semarak dengan hadirnya doorprize lima kompor gas portable yang diundi untuk para pendonor beruntung.
Mayoritas pendonor rutin adalah kaum muda usia 25 hingga 40 tahun.
“Dari 5.000 pendonor aktif kami, hanya sekitar 200 yang berusia di atas 50 tahun,” kata dr. Ira.
Tak ingin berhenti di situ, PMI pun terus menanamkan budaya donor sejak dini, menyapa sekolah-sekolah di Kota Kediri, dari SMA, SMK, hingga Madrasah Aliyah.
Salah satunya adalah Sarah, siswi MAN 1 Kota Kediri yang berusia 17 tahun. Hari itu, ia datang dengan niat mulia, tanpa tahu bahwa ia sedang berpartisipasi dalam perayaan internasional.
“Senang banget dapat souvenir. Apalagi isinya memang berguna di rumah,” ucapnya riang.
Sarah bukan satu-satunya yang memulai langkah dari rumah. Ia menuturkan bahwa sang kakak juga rutin mendonor.
“Keluarga kami percaya, donor darah adalah bentuk kasih yang nyata,” imbuhnya.
Untuk ketersediaan darah, dr. Ira memastikan situasi aman. Golongan darah O mendominasi stok, disusul oleh B, A, dan terakhir AB. Meski AB tergolong langka, permintaannya pun tidak setinggi golongan lain.
Menutup peringatan ini, dr. Ira menyampaikan harapan yang menghangatkan: “Donor darah bukan hanya menolong sesama, tapi juga menyehatkan jiwa dan raga. Semoga semakin banyak masyarakat menjadikan donor sebagai gaya hidup yang berkelanjutan.”
jurnalis : Neha Hasna Maknuna