KEDIRI – Suasana penuh semangat terasa dalam kegiatan pelatihan bertajuk “Kepemerintahan yang Baik dalam Tataran Konseptual” yang digelar oleh Senat Mahasiswa IAIN Kediri pada Minggu (25/5), bertempat di Local Education Centre Muhammadiyah, Jalan Penanggungan, Kota Kediri.
Meski hanya satu narasumber yang hadir, yaitu Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pemkot Kediri, Indun Munawaroh, S.STP., kehadirannya memberi warna tersendiri dalam forum yang diikuti mahasiswa dari berbagai kampus di Kediri ini.
Dalam paparannya, Indun tidak hanya menjelaskan teori, tetapi lebih memilih membangun ruang dialog terbuka. Ia mengajak mahasiswa memahami secara mendalam esensi dari pemerintahan yang baik—good governance—serta bagaimana nilai-nilai tersebut sejalan dengan budaya bangsa Indonesia.
“Pemerintahan yang baik itu bukan hanya soal sistem, tapi juga tentang nilai, tentang budaya yang hidup dalam masyarakat kita. Kita perlu memahami prinsip dasarnya dan bagaimana menginternalisasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Indun.
Ia menekankan bahwa sesi ini bukanlah kuliah satu arah, melainkan ajang tukar pikiran. Dengan gaya yang santai namun tajam, Indun mengajak peserta berdialog tentang peran pemuda dalam mendorong pemerintahan yang bersih, transparan, dan humanis.
“Saya lebih tertarik mendengar ide-ide dari teman-teman mahasiswa. Ini bukan sekadar saya memberi materi, tapi juga wadah untuk berdiskusi secara kolektif,” tambahnya.
Mahasiswa: Antusias, Namun Tetap Kritis
Salah satu peserta, Yoga, menyambut baik kegiatan ini. Ia mengaku memperoleh banyak wawasan baru tentang dinamika pemerintahan dan pentingnya peran masyarakat sipil.
“Sesi ini membuka mata saya. Bu Indun datang dengan pendekatan yang terbuka, mau mendengar aspirasi kami. Ini sangat positif,” katanya.
Namun, Yoga juga menyuarakan kegelisahan yang masih dirasakan oleh banyak anak muda saat ini: soal efektivitas penyampaian aspirasi dan partisipasi publik yang kian meredup.
“Pertanyaannya, apakah aspirasi ini betul-betul akan sampai ke pengambil kebijakan? Kita sering merasa pesimis, karena partisipasi masyarakat sekarang menurun, dan kadang suara kami seolah tidak didengar,” ungkapnya.
Meski begitu, Yoga tetap optimistis. Ia berkomitmen untuk terus mengawal jalannya pemerintahan dengan cara-cara yang konstruktif dan berlandaskan keadilan.
“Peran civil society itu besar. Saya berharap generasi muda seperti kita bisa menjadi penggerak perubahan, dimulai dari hal kecil di lingkungan sekitar kita,” tegasnya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal bagi para mahasiswa untuk lebih memahami peran strategis mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui forum diskusi seperti ini, harapannya tercipta sinergi yang kuat antara generasi muda dan pemerintah dalam menciptakan pemerintahan yang transparan, partisipatif, dan berkeadilan.
jurnalis : Neha Hasna Maknuna