KEDIRI – Pagelaran wayang kulit bertajuk Gatot Kaca Winisudo digelar dalam Dies Natalis ke-48 Universitas Nusantara PGRI Kediri (UNP Kediri) bertempat di halaman kampus 1, Selasa (06/05). Tidak hanya karena menampilkan dalang kondang Sun Gondrong dan Cak Percil, tetapi juga karena dihadiri dari perwakilan Seniman dari Malaysia, yang menaruh perhatian besar pada pelestarian budaya bersama di kawasan Nusantara.
Muhammad Nasruddin Rahman, Ketua Dinas Warisan Seni dan Budaya Melaka, Malaysia, hadir langsung menyaksikan pertunjukan. Ia menyampaikan ketertarikannya terhadap kekayaan budaya lokal dan menekankan pentingnya warisan seperti wayang kulit untuk terus hidup dan dikenal lintas generasi.
“Wayang kulit bukan hanya di sini (Indonesia) saja ada, tapi di dunia Melayu, di Nusantara. Cuma penyampaiannya mungkin agak berbeda mengikuti kawasan masing-masing. Di Malaysia, cerita-ceritanya lebih banyak disesuaikan dengan isu sosial atau kejadian-kejadian aktual,” jelas Nasruddin.
Menurutnya, perbedaan bentuk itu bukanlah pemisah, melainkan kekayaan variasi dari satu akar budaya yang sama. Terutama wayang yang dibawa oleh nenek moyang masyarakat Jawa ke Malaysia.
“Betul, wayang pertama kali dibawa oleh masyarakat Jawa. Wayang, ada kuda kepang, kalau di sini kuda lumping ya. Kemudian tarian-tarian juga, barongan dan Bahasa Jawa,”
Ia menambahkan bahwa generasi muda perlu disadarkan akan nilai luhur yang terkandung dalam warisan seperti wayang kulit, agar tidak hilang ditelan zaman.
“Generasi muda harus tahu tentang ini. Kalau tidak diperkenalkan, nanti akan hilang. Padahal, wayang kulit mengajarkan banyak hal tentang moral, kepemimpinan, perjuangan, dan juga kebijaksanaan,” lanjutnya.
Nasruddin mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah Melaka tengah mengembangkan proyek Kampung Budaya Jawa, yang akan menampilkan rumah-rumah khas Jawa, kuliner, seni pertunjukan, hingga penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Proyek ini melibatkan kerja sama dengan UNP Kediri dan sejumlah peneliti dari Indonesia.
“Sudah ada masyarakat Jawa yang tinggal di Malaysia sejak abad ke-10, jauh sebelum masa kolonial. Mereka membawa tradisi yang terus hidup hingga sekarang, meski mulai luntur. Kami ingin membangunnya kembali. Karena itu, kami undang pakar budaya dan arsitektur dari sini untuk membantu kami menyusun kampung itu, mulai dari bentuk arsitektur rumah jawa hingga aktivitas budaya,” paparnya.
Ia juga menyebut bahwa beberapa tokoh penting di Malaysia, termasuk Wakil Perdana Menteri Ahmad Zahid Hamidi, memiliki keturunan Jawa.
“Orang Jawa tidak hanya diterima di Malaysia, tapi juga bisa maju dan setara,” katanya.
Rektor UNP Kediri, Prof. Dr. Zainal Afandi, M.Pd., menyambut baik kerja sama ini dan mengungkapkan bahwa pelestarian budaya memang menjadi salah satu misi utama universitas.
“Pada dies natalis UNP Kediri diadakan pagelaran wayang dalam rangka melestarikan budaya. Juga mrngajak tamu dari Kerajaan Melaka Melihat langsung kebudayaan dan sejarah kesenian yang ada di Kediri raya. Berharap juga UNP bisa menjadi kampus yang berkualitas,” ujarnya.
Jurnalis : Neha Hasna Maknuna