KEDIRI – Mencuat video viral terkait premanisme retribusi parkir bagi pengunjung warung kopi di Bantaran Sungai Brantas, tepatnya di Jalan Inspeksi Brantas Kota Kediri. Sesuai unggahan di akun @Peh Kediri. Dalam unggahan tersebut, salah satu pedagang memberikan himbauan kepada pengunjung agar membayar parkircukup seikhlasnya.
“Disini tidak ada retribusi parkir. Bayar seikhlasnya. Soalnya di sini ada premannya di selatan. Kalau dipaksa bayar jangan mau. Itu sama seperti pungli,” ungkapnya melalui akun tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Lurah Mojoroto Achmad Koharuddin saat dikonfirmasi di ruang kerjanya kemarin, menyampaikan. Bahwa pihaknya telah berusaha menemukan jalan terbaik untuk kasus tersebut. Dirinya pun telah mengidentifikasi siapa saja juru parkir di daerah tersebut.
“Minggu lalu kita coba koordinasi dengan Disperindag, namun diserahkan kembali ke kami selaku pemangku wilayah. Selanjutnya kami akan panggil ke kelurahan, para pedagang dan tukang parkir serta Ketua RT Selasa depan,” jelasnya.
Hal tersebut perlu segera dilakukan, agar tidak terjadi gaduh kembali dan lokasi tersebut bisa kembali ramai seperti biasa. Lalu siapakah pengelola parkir di wilayah tersebut? Lurah menyebut, bahwa pihaknya tidak berani melakukan penggelolaan parkir karena masuk wilayah Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
“Kami tidak bisa jika mengelola karena di situ jalan umum. Para pedagang berjualan di atas lahan milik BBWS. itu juga tidak dikelola karang taruna, tapi warga sekitar,” ungkapnya.
Melalui Ketua RT setempat, Bintari didapat penjelasan bahwa sebenarnya tidak ada unsur premanisme seperti pada video viral di media sosial. Dia justru menduga, bahwa dibuatnya video tersebut didasari masalah pribadi.
“Sebelumnya ada masalah pribadi antara pedagang dan tukang parkir. Mereka sudah berdamai tapi videonya sudah viral. Ada 6 tukang parkir dan semua diberi karcis setiap motor parkir 2 ribu,” terangnya.
Bintari menjelaskan dari hasil parkir sebanyak 60% akan diberikan ke tukang parkir dan 40% diberikan ke lingkungan dalam hal ini masuk ke uang kas RT. Kehadiran tukang parkir, justru diharapkan warga sekitar agar jalan tertata rapi dan sebagai tenaga keamanan.
jurnalis : Sigit Cahya Setyawan – Anisa Fadila