KEDIRI – Suasana kebersamaan terasa kental saat ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat bergotong royong membersihkan sisa-sisa kerusuhan di kantor pemerintahan Kabupaten Kediri, Jumat (05/09). Aksi ini dipimpin langsung oleh Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, yang akrab disapa Mas Dhito.
Kegiatan yang digelar bertepatan dengan libur Maulid Nabi tersebut menjadi simbol persatuan masyarakat untuk menjaga “rumah rakyat.” Mas Dhito mengucapkan terima kasih kepada warga yang rela meluangkan waktu liburnya demi memulihkan kondisi pascakerusuhan.
“Awalnya kami siapkan 2.000 sampai 3.000 porsi makanan, tapi ternyata kurang karena yang hadir mencapai hampir 5.000 orang,” ujar Mas Dhito.
Tak hanya masyarakat lokal, aksi ini juga diikuti warga dari daerah sekitar seperti Kota Kediri, Trenggalek, hingga Nganjuk. Kehadiran mereka menunjukkan kepedulian dan rasa kemanusiaan terhadap peristiwa yang menimpa Kabupaten Kediri.
Simbol Kabupaten Kediri

Dalam kesempatan tersebut, Mas Dhito juga menyampaikan kabar baik. Arca Ganesha, simbol bersejarah Kabupaten Kediri yang sempat hilang, kini telah kembali. Arca itu secara simbolis dikembalikan dan langsung diamankan di museum. Demi alasan keamanan, lokasi penyimpanan benda bersejarah lainnya untuk sementara dirahasiakan.
“Kerugian pemerintah daerah memang tidak bisa dihitung secara nominal. Namun yang terpenting, fragmen Arca Kepala Ganesha sudah kembali. Itu adalah lambang penting bagi Kabupaten Kediri,” tegasnya.
Mas Dhito menegaskan, pihaknya memberi batas waktu hingga Sabtu bagi masyarakat untuk mengembalikan barang-barang hasil penjarahan. Jika tidak, para pelaku—termasuk provokator, penjarah, maupun perusak—akan diproses sesuai hukum.
Libatkan Semua Elemen

Aksi bersih-bersih ini juga melibatkan berbagai elemen. Dari kalangan media, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kediri Raya menurunkan 20 jurnalis. Ketua PWI Kediri, Bambang Iswahyudi, menyebut keikutsertaan mereka sebagai bentuk kepedulian sosial.
“Wartawan tidak hanya menyajikan berita yang akurat, tetapi juga memiliki empati. Itu sebabnya kami ikut turun langsung,” ujarnya.
Selain itu, sekitar 500 anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) juga hadir dalam aksi solidaritas tersebut. Eka Arief Budawan dari PSHT Ranting Ngasem menilai momen ini sebagai refleksi bersama.
“Seharusnya Kediri bisa tetap damai dan aman. Kami tahu Bapak Bupati sangat prihatin. Semoga ke depan Kediri menjadi lebih baik lagi,” tutur Eka.