KEDIRI – Suara lantang santri dan alumni Pondok Pesantren Lirboyo hari ini menggema di jalanan Kediri. Dari Stadion Brawijaya, lautan sarung dan peci bergerak dalam barisan panjang menuju Kantor Pemerintah Kabupaten Kediri. Di bawah terik matahari Selasa (21/10), mereka melangkah dengan satu tekad: menuntut pemulihan marwah pesantren dan kehormatan sang guru, KH. Anwar Manshur.
Aksi damai yang digelar Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Kediri Raya ini bukan sekadar protes biasa. Bagi mereka, tayangan di stasiun televisi Trans7 telah melukai harga diri pesantren dan mengaburkan citra para kiai. Maka dengan zikir dan istighosah, mereka menyampaikan suara nurani—bahwa kehormatan pesantren adalah harga mati.
Setiba di depan Kantor Pemkab Kediri, gema takbir dan doa bersahutan dengan lantang orasi para santri. Dalam orasi itu, Ketua Himasal Kediri Raya, KH. Abu Bakar Abdul Jalil atau yang akrab disapa Gus Ab, menegaskan bahwa klarifikasi dan permintaan maaf yang telah disampaikan Trans7 belumlah cukup. Ia menuntut agar Chairul Tanjung, selaku pimpinan Transcorp, datang langsung untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mbah Kyai Anwar Manshur.
“Hari ini kami berjalan dari Lapangan Brawijaya menuju Kantor Bupati Kediri untuk menyampaikan aspirasi atas tayangan yang menghina, melecehkan, bahkan memfitnah Kiai dan pesantren kami,” ujar Gus Ab penuh penekanan.
Aksi di DPRD Jawa Timur

Tak hanya di Kediri, aksi solidaritas juga bergema hingga Surabaya. Ratusan santri diberangkatkan dengan tiga bus menuju DPRD Jawa Timur, dengan titik kumpul di Masjid Al-Akbar. Di sana, mereka akan melanjutkan perjuangan moral untuk menegakkan nama baik pesantren di hadapan publik.
Himasal mendesak Trans7 agar tak berhenti pada kata maaf semata. Mereka meminta agar stasiun televisi tersebut menayangkan program khusus yang meluruskan pandangan masyarakat tentang pesantren—sebuah tayangan yang memulihkan martabat lembaga pendidikan Islam dan para pengasuhnya.
“Kami ingin masyarakat tahu, bahwa pesantren bukan tempat yang digambarkan seperti dalam tayangan itu. Pesantren adalah pusat ilmu, moral, dan cahaya peradaban,” tegas Gus Ab.
Aksi ini berakhir dengan doa bersama, menutup hari yang sarat emosi dan keteguhan hati. Dari wajah-wajah santri yang teduh namun tegas, tergambar keyakinan bahwa kehormatan ilmu dan guru harus dijaga dengan sepenuh jiwa.
jurnalis : Sigit Cahya Setyawan
Bagikan Berita :Kami atas nama PT. Kediri Panjalu Jayati menyampaikan terkait Penggunaan Ulang Karya Jurnalistik Tanpa Izin, UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Kami mengingatkan bahwa setiap konten berita yang diterbitkan oleh kediritangguh.co merupakan karya cipta yang dilindungi undang-undang. Oleh karena itu, setiap bentuk penggandaan, pengutipan penuh, maupun publikasi ulang tanpa izin melanggar hukum dan dapat dikenai sanksi pidana.









