foto : Anisa Fadila

Pesona Kediri Tersaji dalam Ladies Program APEKSI: Menyulam Budaya, Ekonomi, dan Harapan Baru

KEDIRI – Rangkaian Musyawarah Komisariat Wilayah (Muskomwil) IV ke-13 APEKSI di Kota Kediri tak hanya diisi dengan diskusi dan agenda formal. Pada Kamis (17/7), suasana hangat dan penuh antusiasme memancar dari kegiatan Ladies Program dan City Tour, yang mempertemukan para istri kepala daerah dan delegasi dari 13 kota se-Komwil IV dalam sebuah perjalanan lintas budaya dan inspirasi.

Berawal dari Hotel Grand Surya, rombongan melangkah menyusuri denyut nadi Kota Kediri. Pabrik rokok Gudang Garam menjadi titik awal, dilanjutkan ke Bandara Dhoho, simbol transformasi kawasan Mataraman. Kemudian ke sentra tenun ikat Medali Mas dan pusat oleh-oleh tahu kuning yang mewakili cita rasa khas kota ini.

Ketua TP PKK Kota Kediri, Ning Faiqoh Azizah Muhammad, yang mendampingi sepanjang perjalanan, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya melihat sambutan hangat dan kekaguman para tamu.

“Alhamdulillah, antusiasme para ibu luar biasa. Banyak yang tak menyangka Kediri kini punya bandara sendiri. Mereka juga sangat penasaran melihat proses pembuatan tenun khas daerah kami,” tuturnya penuh semangat.

Lebih dari sekadar city tour, program ini menjadi panggung promosi potensi daerah, sekaligus membuka ruang kolaborasi antardaerah dalam bidang budaya, ekonomi kreatif, dan pemberdayaan perempuan. Di Bandara Dhoho, kehadiran para tamu disambut langsung oleh Direktur PT Surya Dhoho Investama, Maksin Arisandi.

“Kami merasa terhormat menyambut ibu-ibu luar biasa ini. Kunjungan ini adalah angin segar bagi kami, bahwa pembangunan infrastruktur harus berjalan seiring dengan penguatan budaya lokal dan peran perempuan dalam kemajuan daerah,” katanya.

Bandara yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Kediri diharapkan mampu membuka akses ekonomi yang lebih luas, sekaligus mempererat jejaring lintas kota di masa depan.

Kesan mendalam juga diungkapkan oleh Ketua GOW Kota Bima, Jumriah Feri Sofyan. Ia memuji pendekatan Kota Kediri yang harmonis antara pengembangan infrastruktur dan pelestarian budaya.

“Kediri inspiratif. Semoga Bandara Dhoho segera beroperasi penuh dan menjadi simpul strategis transportasi regional. Pendekatan yang mereka terapkan sangat cocok untuk menjadi contoh bagi wilayah-wilayah timur Indonesia,” ucapnya.

Momen yang paling membekas bagi banyak peserta adalah kunjungan ke sentra tenun ikat Medali Mas. Di sana, mereka menyaksikan proses menenun yang artistik, mencoba mengenakan kain berwarna-warni hasil karya pengrajin lokal, dan larut dalam cerita di balik setiap helai benang.

dr. Evariani Aminuddin, istri Wali Kota Probolinggo, tampak terpukau. “Tenunnya indah sekali, lembut dan elegan. Saya pasti membawa pulang beberapa lembar untuk orang-orang terkasih. Ini pengalaman yang sungguh istimewa,” ungkapnya.

Dalam tiap simpul tenun dan langkah perjalanan, Kota Kediri membuktikan bahwa kekuatan daerah tak hanya terletak pada infrastruktur megah, tetapi juga pada pelestarian budaya, pemberdayaan masyarakat, dan kehangatan dalam menyambut.

City tour ini bukan sekadar perjalanan, ini adalah perayaan atas keberagaman, kolaborasi, dan semangat membangun negeri lewat sentuhan perempuan.

jurnalis : Anisa Fadila