KEDIRI – Ekonomi kultural merupakan sebutan tepat untuk menggambarkan bangunan baru Pasar Wates. Bagaimana tidak, pasar yang megah berhiaskan ukiran dengan nilai seni tinggi, berhasil memikat masyarakat yang baru saja menapakkan kakinya di sana
Dibalik kemegahan dan keunikannya, ternyata pasar tradisional ini tidak mengesampingkikan perangkat teknologi di dalamnya. Alat canggih seperti smart kamera dan parkir elektronik, tidak mengabaikan nuansa budaya lokal yang mengandung estetika
Maha karya ini tidak lepas dari tangan dingin Dwi Laksono dan Hadi Wiyono. Mereka berdualah, dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Kediri melalui Dinas Perdagangan. Untuk mengerjakan ukiran budaya pada bangunan pasar. Hadi Wiyono menjelaskan butuh waktu 2 bulan lamanya, untuk mendesain Pasar Wates.
“Kalau pembuatan ornamen desain secara keseluruhan 2 bulan setengah. Kemudian terkait pembuatan patung atau relief memakan waku dua bulan jadi cukup panjang,” jelas Om Yono, sapaan akrab Hadi Wiyono.
Tidak kalah dengannya, Dwi Laksono pun menjelaskan bahwa dibutuhkan keahlihan khusus untuk membuat relief di pasar. Ia menjelaskan ada kesulitan kesulitan tertentu yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman.
“Karena relief tidak semudah patung tidak semudah lukis. Itu gabungan patung dan lukisan, dimensinya tipis tapi kelihatan volumetris. Sangat ada tekniknya dan ini lebih sulit,” terangnya
Identitas Budaya Kediri

Pasar Wates ini bisa dikatakan sebagai identitas budaya Kediri. Seiring dengan tagline Kediri Berbudaya, maka kehadiran Pasar Wates diharapkan menjadi simbol bisa menghasilkan pundi keberkahan. Tidak hanya kepada para pedagang tetapi kepada masyarakat luas
“Sebetulnya budaya adalah kebesaran bangsa, itulah seharusnya yang kita jual. Bukan kita yang menggenalkan budaya asing tapi budaya kita yang kita jual. Supaya wisatawan datang kesini. Makanya tematiknya di Pasar Wates salah satunya tematik budaya, sesuai tagline Kediri Berbudaya,” terang Om Yono.
Besar harapan dua orang seniman ini, Pasar Wates tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk jual beli bahan bahan pokok, tapi digunakan sebagai ajang pameran dan pusat souvenir
“Tidak berhenti pada jual beli kebutuhan pokok, namun berkembang menjadi pusat souvenir atau oleh-oleh khas Kediri,” jelas Dwi
Terakhir, sebagai seorang seniman yang berjuang secara proaktif. Dwi Laksono dan Hadi Wiyono berpesan agar para pedagang bisa menjaga Pasar Wates selalu bersih dan terlihat keindahannya. Rasa memiliki dan saling menjaga menjadi kunci dalam menjaga pasar budaya ini.
Jurnalis : Wildan Wahid Hasyim Editor : Nanang Priyo BasukiBagikan Berita :