KEDIRI – Suasana penuh keceriaan mewarnai Aula Tri Brata Rumah Sakit Polda Bhayangkara Kediri, Rabu (14/05), saat Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswari, berbagi kebahagiaan dengan anak-anak pejuang thalasemia. Dalam acara bertajuk Donor Darah dan Edukasi yang digelar untuk memperingati Hari Thalasemia Sedunia sekaligus Hari Bhayangkara ke-79, Mbak Wali sapaan akrab Vinanda memberikan bingkisan berupa tumbler kepada anak-anak yang berhasil menjawab pertanyaannya.
Keceriaan pun pecah saat para anak-anak antusias mengacungkan tangan demi menjawab kuis dari Wali Kota termuda itu. Namun lebih dari sekadar hadiah, momen ini menjadi bentuk perhatian sekaligus ajakan untuk lebih peduli pada para pejuang thalasemia.
“Kita tidak hanya memperingati hari ini sebagai seremonial, tapi juga sebagai ajang refleksi bersama. Ini saatnya untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap anak-anak pejuang thalasemia,” ucap Vinanda.
Dalam sambutannya, Vinanda menyampaikan apresiasi kepada para orang tua yang selalu setia mendampingi anak-anak mereka dengan kasih sayang dan kekuatan luar biasa. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, termasuk tenaga kesehatan dan para pendonor tetap yang tergabung dalam program ‘Bapak Asuh’, serta kepada POPTI (Perhimpunan Orang Tua Penyandang Thalasemia Indonesia) yang menjadi tempat berbagi semangat bagi para keluarga.
“Dengan adanya POPTI, perjuangan para orang tua tidak terasa sendiri. Ada komunitas yang saling menguatkan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Vinanda menegaskan bahwa Pemerintah Kota Kediri berkomitmen memberikan layanan kesehatan terbaik yang inklusif melalui program Merata dan Smart Living. Secara khusus, ia memastikan bahwa para pejuang thalasemia akan mendapatkan akses transfusi darah yang aman, mudah dijangkau, serta dukungan terapi lainnya.
“Harapan kami, program-program ini bisa meringankan beban anak-anak thalasemia dan keluarga mereka,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Vinanda juga mengajak masyarakat untuk lebih memahami thalasemia, penyakit kelainan darah yang terbagi menjadi tiga jenis: mayor, intermediate, dan minor. Jenis mayor adalah yang paling berat karena membutuhkan transfusi darah rutin. Sementara intermediate lebih ringan tapi tetap butuh penanganan. Sedangkan minor biasanya tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan transfusi.
“Pejuang thalasemia tak hanya berjuang secara fisik, tapi juga mental dan sosial. Mari kita bersama-sama hadir untuk memberi dukungan moral dan semangat bagi mereka,” ajak Mbak Wali.
Ketua POPTI Kediri, Malichatun Nafiah, turut menyampaikan bahwa tema Hari Thalasemia Sedunia tahun ini adalah “Bersama untuk Thalasemia: Menyatukan Komunitas, Memprioritaskan Pasien”. Ia menyebut tema ini sangat relevan karena menyuarakan pentingnya dukungan kolektif.
“Ini bukan sekadar perayaan. Ini momentum untuk menegaskan bahwa anak-anak thalasemia tidak memilih dilahirkan dengan kondisi ini. Tapi mereka bisa memilih untuk terus berjuang, dan kita harus mendukung mereka,” ungkapnya.
Dari data yang disampaikan, terdapat 117 pasien thalasemia di wilayah Karisidenan Kediri, 54 di antaranya berada di Kabupaten Kediri, dan 18 di Kota Kediri yang rutin menjalani transfusi serta terapi kelasi besi. Sementara 4 pasien lainnya saat ini tidak aktif menjalani perawatan di rumah sakit.
Acara ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh penting seperti Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji, Kepala RS Bhayangkara Kombes Pol Agung Hadi Wijanarko, Kepala KPPN Kediri Izma Nur, Ketua PMI Indrakso, Ketua UDD PMI Ira Widiastuti, Ketua PCNU Abu Bakar Abdul Jalil, perwakilan Dinas Kesehatan, serta tamu undangan lainnya. (*)