KEDIRI – Sorotan publik terhadap pawai budaya di Desa Kepung, Kabupaten Kediri, akhirnya dijawab dengan langkah terbuka dari pemerintah desa. Kepala Desa Kepung, Ida Arief, hadir langsung di salah satu radio swasta lokal, Jumat (01/08), membawa angin klarifikasi atas keluhan warga bernama Eko Maryanto—yang sebelumnya menyuarakan protes lewat siaran udara.
“Kami datang bukan untuk membela diri, tapi ingin membuka ruang dialog. Saya percaya ini hanya persoalan miskomunikasi,” tutur Ida dengan nada tenang namun penuh makna. “Ke depan, kami ingin duduk bersama, agar tak ada lagi hati yang salah paham.”
Menurut Ida, riak semacam ini bukanlah yang pertama. Ia menyebut ada ketegangan yang terus membayangi antara pelapor dan warga sekitar, seolah menyimpan bara dalam sekam.
“Mungkin ini akumulasi dari perasaan warga yang merasa setiap kegiatan selalu digugat. Ada ketidakcocokan yang tak kunjung tuntas,” katanya lirih.
Ida menegaskan bahwa seluruh tahapan pawai budaya telah memenuhi prosedur—mulai dari izin hingga antisipasi atas potensi gangguan suara. Surat persetujuan warga pun telah dikantongi, terutama dari mereka yang rumahnya berada di jalur arak-arakan.
“Kami tidak ingin membuat gaduh. Kami pastikan, suara yang keluar dari sound horeg bukan sekadar dentuman, tapi juga semangat warga yang ingin berekspresi,” jelasnya.
Yang menarik, dalam klarifikasi ini Ida tak datang sendiri. Sekitar 50 orang turut mendampingi terdiri dari panitia, peserta sound horeg, hingga warga sekitar rumah pelapor berdalih bentuk kekompakan.
Namun tak bisa dipungkiri, nuansa haru menyelimuti suasana. Pawai budaya itu tak hanya menyisakan polemik, tapi juga duka—tiga orang meninggal dunia dan satu lainnya kritis akibat konsumsi miras. Tragedi yang menyentil nalar dan hati.
“Pemerintah desa selalu terbuka terhadap kritik, asal disampaikan dengan baik, bukan dengan cara yang memecah belah,” tegas Ida
Kini, di antara gema sound horeg dan sisa-sisa amarah, harapan tumbuh. Bahwa suara paling nyaring seharusnya bukan dari pengeras suara, tapi dari hati yang saling mendengar.
jurnalis : Anisa FadilaBagikan Berita :