Ketika Organisasi Pemuda Terjebak Ego Internal
Kisruh ini mengindikasikan persoalan klasik dalam organisasi kepemudaan: miskomunikasi, minimnya transparansi, dan kecenderungan elitis dalam kepemimpinan. Ironisnya, Karang Taruna sebagai wadah pemberdayaan generasi muda justru diwarnai konflik yang merusak citra dan semangat kolektif.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, konflik ini bukan hanya memperlemah soliditas Karang Taruna, tetapi juga mencederai kepercayaan publik terhadap lembaga kepemudaan yang sejatinya menjadi motor penggerak sosial di tengah masyarakat.
Kini, semua pihak menunggu sikap tegas dari Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, untuk merespons dinamika ini secara bijak dan solutif. Mampukah Karang Taruna Kota Kediri keluar dari krisis internal ini dan kembali ke khitahnya sebagai wadah pembinaan generasi muda? Waktu akan menjawab.
KEDIRI – Dinamika internal Karang Taruna Kota Kediri tengah menjadi sorotan. Gelombang ketidakpuasan mencuat usai kegiatan pembinaan yang digelar Dinas Sosial (Dinsos) Kota Kediri pada Minggu lalu (19/5). Kegiatan yang mengundang pengurus Karang Taruna tingkat kota dan kecamatan itu justru memunculkan kabar kurang sedap: adanya mosi tidak percaya terhadap kepengurusan saat ini.
Kepala Dinas Sosial, Paulus Luhur Budi Prasetya, saat dikonfirmasi pada Rabu (21/5), membenarkan bahwa pihaknya memang menggelar acara pembinaan. Namun, ia enggan menjelaskan lebih lanjut ihwal ketidakhadiran sebagian pengurus serta gejolak yang muncul setelahnya.
“Benar, acara itu memang kami gelar. Tapi tidak semua pengurus bisa hadir. Mengenai mosi tidak percaya yang berkembang, kami sebagai pembina Karang Taruna akan menyampaikan hal ini kepada Ibu Wali Kota untuk meminta arahan,” ujar Paulus diplomatis.
Konflik Internal Mencuat ke Permukaan
Di balik acara resmi tersebut, ternyata terjadi keretakan serius di tubuh Karang Taruna tingkat kota. Salah satu pengurus yang enggan disebutkan namanya mengaku secara tiba-tiba dikeluarkan dari grup WhatsApp internal, tanpa ada penjelasan.
“Saya tidak tahu salah saya apa. Tiba-tiba dikeluarkan dari grup. Ini organisasi sosial, jangan dijalankan secara arogan,” ujarnya dengan nada kecewa.
Pengurus lain bahkan menyebut bahwa ada upaya sabotase terhadap acara Dinsos. Mereka mengaku sempat diminta untuk tidak hadir, namun tetap memutuskan datang demi menghormati undangan dari pemerintah.
“Kami datang karena menghargai niat baik Dinsos. Tapi jelas terlihat ada pihak yang mencoba menghalangi,” ungkap salah satu pengurus tingkat kecamatan.
Ketua Karang Taruna Belum Beri Klarifikasi
Ketua Karang Taruna Kota Kediri, Fakhrur Rozi, hingga berita ini ditulis belum memberikan keterangan resmi terkait tuduhan sabotase maupun mosi tidak percaya yang mulai menguat. Bahkan, sejumlah pengurus dari tingkat kecamatan dilaporkan telah menyusun pernyataan resmi yang berisi permintaan untuk diadakannya musyawarah khusus guna membahas konflik kepemimpinan ini.
Mereka berharap, pertemuan tersebut bisa menjadi forum terbuka untuk mengevaluasi kinerja pengurus saat ini dan mencari solusi yang adil serta transparan bagi keberlangsungan organisasi.
jurnalis : Nanang Priyo Basuki