KEDIRI – Dengan semangat juang dan dedikasi yang tinggi, Pramita Kusuma Larasati menjadi contoh inspiratif bagi atlet muda di Indonesia, khususnya di dunia bela diri Wushu.
Akrab disapa Mita, adalah seorang atlet wushu muda asal Kota Kediri yang baru terjun ke dunia olahraga ini sejak akhir 2021. Meskipun terbilang masih pemula dalam cabang olahraga wushu, Mita sudah mampu menorehkan prestasi gemilang di tingkat provinsi, salah satunya dengan meraih medali emas pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2023.
Perjalanan Awal di Wushu
Mita, yang kini berusia 22 tahun dan tengah menempuh semester akhir kuliah di Universitas Brawijaya, mengungkapkan bahwa minatnya terhadap wushu bermula dari keinginan untuk mempelajari bela diri.
“Awalnya saya tertarik belajar bela diri, lalu saya kenal dengan seorang senior dan diarahkan untuk bergabung dengan wushu dan bertemu dengan Pak Deddy, pelatih sekaligus Ketua 1 KONI Kota Kediri,” ujarnya, saat ditemui disela berlatih, kemarin.
Meski tidak ada anggota keluarganya yang terjun dalam Wushu, namun keluarganya memiliki latar belakang di olahraga bela diri lainnya, Karate dan Taekwondo.
Mita memulai debut kejuaraannya di Porprov 2023, di kelas 56 kg. Di ajang tersebut, ia berhasil meraih medali emas pada pertandingan pertama kali dalam karier wushu-nya.
“Itu pertama kali saya main Wushu dan pertama kali saya dapet medali emas di Porprov 2023,” kenangnya. Tak hanya itu, ia juga berhasil meraih medali pada Kejuaraan Provinsi (KejurProv) 2023 dan 2024, serta berencana untuk terus berkompetisi di Porprov 2024.
Suka Duka Berlatih
Meski prestasi yang diraihnya terbilang cemerlang, perjalanan Mita tidak selalu mulus. “Sukanya pasti kalau juara, terus bisa kumpul bareng teman-teman, ada cerita berprestasi. Tapi dukanya banyak, mulai dari latihan yang capek, jaga berat badan, sampai cedera,” ungkapnya. Mita
Menjalani latihan intensif enam kali seminggu, di SMA 5 Taruna membuatnya harus menjaga kondisi tubuh dengan ketat.
Tantangan dan Strategi
Mita menambahkan bahwa wushu bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga memerlukan taktik dan strategi yang matang. “Wushu itu bukan sekadar mukul atau nendang, tapi kita harus mikir tentang strategi dan taktik yang harus digunakan, tergantung lawan yang kita hadapi,” jelasnya.
Setiap pertandingan memiliki tantangannya sendiri, dan untuk menjadi juara, seorang atlet wushu harus bisa mengkombinasikan fisik, kelincahan, kecepatan, daya tahan, dan pernapasan.
Dalam ajang Porprov 2023, Mita menghadapi lawan tangguh dari Surabaya yang belum pernah terkalahkan sejak 2015. Namun, dengan instruksi yang tepat dari pelatih, Mita berhasil mengalahkan lawannya tersebut.
“Waktu final, lawan saya dari Surabaya. Kata pelatih, lawan itu belum ada yang bisa ngalahin dari 2015-2023. Tapi saya dengerin instruksi pelatih, nendang sesuai petunjuknya, Alhamdulillah bisa ngalahin,” kenangnya dengan penuh kebanggaan.
Mimpikan Masa Depan Cemerlang
Melihat perjalanan singkat namun penuh prestasi ini, Mita memiliki harapan besar untuk masa depannya di dunia wushu. Dengan tekad dan kerja keras yang tak kenal lelah, dia berencana untuk terus mengukir prestasi di level yang lebih tinggi.
“Ke depan saya ingin terus berkompetisi dan memberikan yang terbaik untuk Kota Kediri dan Indonesia,” ujar Mita dengan semangat.
Jurnalis : Riza Husna Silfiyya