KEDIRI – Suasana penuh kehangatan dan kebersamaan menyelimuti halaman Balai Kelurahan Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, saat warga setempat menggelar Gebyar Suronan dalam rangka menyambut bulan Muharram. Tak sekadar perayaan, momen ini menjadi panggung bagi warisan budaya yang terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Anak-anak tampil percaya diri membawakan tari tradisional, unjuk kebolehan dalam pencak silat, hingga menabuh gamelan dengan penuh semangat. Setiap gerak, denting, dan irama seolah mengalirkan semangat cinta budaya ke dalam jiwa para penonton, khususnya kalangan muda.
Kemeriahan Gebyar Suronan juga menarik perhatian legislatif senior, Andayani Nurhayati, anggota DPRD Kota Kediri dari Fraksi Partai Golkar. Tampak hadir dan memberikan apresiasi tinggi terhadap acara tersebut.
“Ini bukan sekadar hiburan. Ini adalah panggung edukasi budaya yang harus terus dilestarikan,” ujar Andayani.
Ia pun menegaskan komitmennya mendukung kegiatan serupa ke depan, sebagai bentuk perhatian terhadap bidang budaya, pemuda, dan olahraga yang menjadi lingkup kerjanya di Komisi B.
Lebih dari sekadar pertunjukan, acara ini adalah cermin dari gotong royong dan semangat kekeluargaan. Seusai pentas seni, seluruh RT membawa tumpeng masing-masing untuk menggelar doa bersama dan makan bareng—sebuah tradisi yang menciptakan rasa kebersamaan yang hangat di tengah masyarakat.
“Inti dari kegiatan ini adalah menjaga kerukunan dan mempererat silaturahmi. Lewat makan tumpeng bersama, kita bisa berbagi rasa syukur dalam balutan budaya lokal,” ungkap Lurah Bandar Lor, Wasis Tri Yuliantoko.
Wasis juga menyebutkan bahwa acara ini menjadi ruang ekspresi bagi warga, khususnya anak-anak, untuk menampilkan bakat dan minat di bidang seni. “Kami ingin potensi seni dan budaya yang ada di masyarakat bisa terus tumbuh. Acara seperti ini menjadi panggung awal mereka,” jelasnya.
Ke depan, pihak kelurahan berencana menggelar acara yang lebih besar dan meriah. Kirab tumpeng menjadi salah satu ide yang tengah digodok, sebagai upaya agar pesan-pesan kebudayaan dapat menjangkau lebih luas, tidak hanya di kalangan warga, tetapi juga masyarakat luar.
“Suronan bukan sekadar seremonial. Di dalamnya tersimpan pesan luhur tentang gotong royong, cinta budaya, dan harmoni sosial,” pungkas Wasis.
jurnalis : Sigit Cahya Setyawan