KEDIRI – Program Pendampingan Penyelenggaran Pendidikan Inklusif digelar Dinas Pendidikan Kota Kediri. Bekerjasama dengan Universitas Brawijaya diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan bagi tenaga pengajar. Sebanyak 50 guru tingkat SD dan SMP selama ini bertugas di sekolah berkebutuhan khusus (Inklusif), mampu menerapkan ilmu yang didapat.
Kegiatan ini didukung tim dosen dari Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M), Fakultas Psikologi, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Fakultas Sospol Universitas Brawijaya.
“Alhamdulilah, Dinas Pendidikan bisa bekerjasama dengan Universitas Brawijaya kaitannya dengan diklat guru SD dan SMP inklusi. Berdiri di Kota Kediri mulai dari tahun 2017, total ada 15 SD dan 5 SMP. Inklusi ini juga sangat dibutuhkan bagi warga Kota Kediri dan sekitarnya. Bahwa program pemerintah tidak boleh mendiskriminasi baik disabilitas maupun normal. Harus mendapatkan pendidikan yang sama, namun ada kriteria biar anak inklusi,” jelas Siswanto dikonfirmasi usai penutupan, Sabtu (16/10) di Aula Dinas Pendidikan.
Kadiknas : Terima Kasih UB
Bagi yang memiliki IQ 70 ke atas bisa mengikuti inklusi, sedangkan IQ di bawahnya agar masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB). “Mohon disampaikan kepada masyarakat, jangan memaksakan putra-putrinya yang merasa IQ-nya kurang. Banyak orang tua minta anaknya dimasukkan ke sekolah inklusi padahal seharusnya di SLB. Kemudian jangan muncul anggapan, bahwa Dinas Pendidikan ini mempersulit,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan.
Pada kesempatan tersebut, Siswanto atas nama Pemerintah Kota Kediri menyampaikan terima kasih kepada Universitas Brawijaya telah peduli terhadap dunia pendidikan khususnya di inklusi. “Karena guru inklusi jarang mendapat sentuhan baik dari pemerintah daerah maupun pusat karena salah satunya kendala anggaran terbatas. Ini merupakan bentuk support dari Universitas Brawijaya. Kami berharap tidak berhenti di sini saja, namun ada peningkatan seperti diklat kompetensi,” harap Siswanto.
Salah satu peserta merupakan guru di SDN Sukorame 2 Kota Kediri, Novi Sukmawati merasakan mendapat manfaat secara langsung atas ilmu dan pengalaman diberikan. Melakukan identifikasi, assessment, program individu siswa dan tehnik komunikasi.
“Menambah pengetahuan tentang inklusi, memberikan pengalaman secara langsung untuk para guru pendamping khusus. Dalam mengidentifikasi, assessment dan program individu. Juga cara komunikasi yang efektif dan harapannya Kota Kediri bisa menerima siswa inklusi,” jelas Novi Sukmawati
Menjadi semua peserta pelatih antusias, terangnya, diperkenalkan aplikasi cara pengajaran siswa inklusi. “Kendalanya pengalaman saya, setiap siswa tidak sama ada kadang mood kadang juga tidak mau. Bagaimana cara kita, biar anak tetap mengikuti di kelas meskipun kadang-kadang rewel. Salah satu mengikuti pelatihan ini, diperkenalkan program aplikasi dan ini merupakan inovasi dalam pembelajaran,” imbuhnya.
Tentunya ini sesuai pernyataan disampaikan Ketua Pelaksana Dosen Berkarya Pendampingan Pelatihan Pendidikan Inklusif dan merupakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, Alies Poetri Lintangsari. “Pelatihan berlangsung kombinasi, memberikan pelatihan kepada guru-guru. Bagaimana menganalisis siswa disabilitas dengan konteks inklusi,” jelasnya.
Selain itu juga ada taktik dalam memberikan informasi kepada siswa. “Bila siswa memiliki hambatan penglihatan, diberikan jalan dan penanda agar bisa sampai bumi. Ini merupakan bentuk instruksi diferensiasi sederhana yang dapat membantu guru dalam menyiapkan media pembelajaran yang lebih aksesibel. Merupakan tekhologi pembelajaran yang aksesibel untuk siswa disabilitas,” ungkap Alies Poetri Lintangsari. (adv)