Angin kencang tengah berembus di dunia pendidikan, menyebarkan kabar yang mengguncang nurani. Isu jual beli bangku di SMAN 1 Kediri menyeruak, membuat gelisah publik setelah muncul dugaan bahwa seorang siswa asal Ngadiluwih masuk lewat jalur “tak kasat mata”, menyetorkan dana Rp35 juta sebagai syarat tak resmi.
Dalam pusaran kabar yang makin membesar, Plt Kepala SMAN 1 Kediri, Arif Syah Putra, M.Pd., angkat bicara dengan tegas dan penuh keyakinan.
“Tidak ada! Semua proses PPDB berjalan sesuai sistem dan juknis yang berlaku,” ujarnya, Rabu (09/07), seolah ingin meredam bara yang mulai menyala.
Ia menekankan komitmen sekolah untuk menjaga integritas proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Transparansi dan akuntabilitas menjadi mantra utama yang mereka pegang. Bahkan, semua guru dan panitia sudah diberi instruksi untuk menutup rapat jalur komunikasi tak resmi yang bisa membuka celah manipulasi.
Arif menambahkan, jika memang ada transaksi yang terjadi di luar sistem resmi, maka hal itu sepenuhnya di luar kendali sekolah.
“Tidak ada satu rupiah pun dana tak resmi yang masuk ke sekolah,” tegasnya, menyapu bersih segala tuduhan.
Ia menjelaskan bahwa semua proses seleksi dilakukan secara daring, dapat dipantau publik melalui situs resmi PPDB. Sistem ini dirancang agar setiap langkah bisa dilihat, diawasi, dan dipertanggungjawabkan.
Namun, Arif tak menutup mata atas dinamika sosial di kota seperti Kediri. Ia memahami bahwa ekspektasi orang tua seringkali begitu tinggi, bahkan bisa menimbulkan persepsi yang keliru dan rumor yang tak berdasar.
Untuk itu, ia membuka pintu lebar-lebar bagi siapa pun yang merasa pernah dijanjikan kursi di SMAN 1 Kediri dengan jalan belakang.
“Datanglah temui saya langsung. Saya ingin tahu siapa yang menjanjikan dan apa relasinya dengan sekolah. Jangan hanya beredar sebagai bisik-bisik yang tak bertuan,” tuturnya, penuh harap agar kebenaran bisa berdiri tegak.
jurnalis : Anisa Fadila