KEDIRI – Harapan baru tengah dibangun di Kota Kediri. Lewat anggaran senilai Rp3,2 miliar, Pemerintah Kota Kediri bersiap menjalankan program bantuan renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) pada tahun 2025. Setiap rumah akan menerima suntikan dana Rp20 juta, bukan sekadar angka, tapi janji akan kehidupan yang lebih layak dan bermartabat.
Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, mengibaratkan program ini sebagai pelita bagi warganya yang selama ini hidup dalam gelap keterbatasan.
“Ada rumah yang tak berpintu, berlantai tanah, bahkan tak memiliki kamar mandi. Kita ingin mengubah itu semua menjadi tempat tinggal yang aman, nyaman, dan sehat,” ujar Vinanda, saat turun langsung meninjau rumah-rumah penerima bantuan, Selasa (10/6).
Tak hanya sekadar bantuan finansial, program ini ditegaskan harus bebas dari pungutan liar. Sang Wali Kota, yang akrab disapa Mbak Wali, dengan lantang mengingatkan seluruh jajaran kelurahan, kecamatan, dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) untuk mengawal ketat pelaksanaan program ini.
“Bantuan ini harus utuh diterima masyarakat. Tidak boleh ada sepeser pun yang dipotong,” tegasnya.
Kepala Dinas Perkim, Hery Purnomo, menambahkan bahwa untuk tahap awal, bantuan akan disalurkan kepada 160 penerima manfaat. Dari jumlah tersebut, 100 di antaranya telah lolos verifikasi administrasi dan pencairan siap dilakukan minggu ini.
Setiap penerima akan didampingi oleh tim yang memastikan proses pembangunan berjalan lancar, transparan, dan tuntas. Bahkan, bahan bangunan dan tenaga kerja akan diambil dari lingkungan sekitar, sebagai upaya untuk menghidupkan roda ekonomi lokal.
Widodo, salah satu penerima manfaat yang mendapat bantuan secara simbolis, mengungkapkan rasa harunya. Rumah warisan keluarganya yang selama ini lebih mirip gubuk, sering tergenang ketika hujan turun, kini akan diperbaiki.
“Tiga tahun saya menunggu. Alhamdulillah akhirnya cair juga. Sekarang rumah kosong itu akan hidup kembali,” ungkapnya dengan mata berbinar.
Lewat program RTLH ini, Pemkot Kediri ingin menghadirkan lebih dari sekadar dinding dan atap. Ini adalah langkah kecil menuju kehidupan yang lebih manusiawi. Di balik setiap rumah yang diperbaiki, ada harga diri yang dipulihkan, ada martabat yang dibangkitkan.
jurnalis : Neha Hasna Maknuna