KEDIRI – Banjir setinggi mencapai dua meter melanda di wilayah RT. 07 RW. 02 Desa Tiron Kecamatan Banyakan, bagaikan mimpi buruk bagi keluarga Joko, warga setempat. Derasnya luapan air Sungai Bendo Mongal, pada Minggu (22/12) membuat rumahnya dan belasan milik tetangga sempat terendam.
Banyak warga mengaku trauma dan merasa takut kejadian serupa terulang jika hujan kembali turun. Hal ini disampaikan Joko, yang menceritakan bagaimana ia harus menyelamatkan ibunya tengah sakit saat air mulai masuk ke dalam rumahnya.
“Kemarin banjir se-dagu orang dewasa. Saya coba menyelamatkan ibu, karena sudah tua dan sakit. Pintu sempat terhambat kursi, jadi susah keluar, tapi akhirnya kami bisa mencapai ke mushola berada di depan,” ujar Joko.
Selain kehilangan banyak barang, dapur belakang rumah Joko ambruk diterjang air. Bahkan, beberapa peralatan rumah tangga hanyut terbawa arus. Tak hanya itu, tiga motor miliknya juga rusak total.
“Semalam saya tidak bisa tidur. Kalau mendung, langsung was-was, takut terjadi lagi,” tambahnya.
Dijelaskan Stefanus Joko Sukrisno, Kalaksa BPBD saat dikonfirmasi menyampaikan penanganan banjir hingga dini hari berlanjut pada Senin pagi bersama Kepolisian, TNI, PMI dan stakeholder terkait.
“Banjir disebabkan oleh Sungai Bendo Mongal yang meluap membawa sampah dan material bambu dan pepohonan sehingga air meluber ke jalan dan masuk rumah warga,” jelasnya.
Sugianto, Ketua RT setempat menyebutkan terdapat 18 rumah yang terdampak banjir, lima di antaranya mengalami kerusakan berat dengan tembok yang roboh. Menurutnya, banjir mulai naik sekitar pukul 14.30 WIB dan baru surut sekitar pukul 17.00 WIB.
Saat sungai banjir kondisi sekitar masih gerimis namun ketika hujan baru meluber ke rumah warga. Air bah merupakan kiriman dari aliran sungai atas karena merupakan kontur pegunungan.
“Ini baru pertama kali terjadi banjir separah ini. Sebelumnya hanya banjir di sungai, tidak pernah sampai masuk rumah warga,” jelas Sugianto.
Hingga kini, warga belum mendapatkan bantuan memadai dari Pemerintah Kabupaten Kediri. Namun Pemerintah desa memberikan dana sebesar Rp 500 ribu per kepala keluarga (KK).
“Pemerintah kabupaten sementara belum memberikan bantuan. Tapi tadi pagi baru pendataan dan pengukuran tembok yang roboh,” ucap Sugianto.
Sebagian warga yang rumahnya rusak berat memilih mengungsi ke rumah saudara, sementara lainnya tetap bertahan di rumah meski dalam kondisi memprihatinkan. Tampak lumpur masih memenuhi rumah dan kesulitan air bersih. Sementara posko sudah disediakan di Balai Desa Tiron bagi warga yang ingin mengungsi.
jurnalis : Sigit Cahya Setyawan