KEDIRI – Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, menjadi harapan utama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri. Hal ini disampaikan Kalaksa BPBD Kabupaten Kediri, Stevanus Djoko Sukrisno saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Senin kemarin.
Semua ini tidak lepas, menjelang masa musim penghujan diperkirakan berlangsung Desember hingga Februari mendatang. BPBD telah mengeluarkan surat edaran sesuai surat himbauan dari Sekretaris Daerah, berisi himbauan kepada masyarakat. Untuk selalu meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah rawan banjir, longsor, dan angin kencang.
“Kami minta masyarakat membersihkan saluran drainase dan irigasi di sekitarnya. Sampah yang menumpuk sering kali menjadi penyebab utama banjir luapan atau tanggul jebol. Kami juga meminta masyarakat terus memantau informasi cuaca yang disampaikan melalui BPBD,” ujar Djoko
Sebagai langkah preventif, BPBD akan menggelar Apel Kesiapsiagaan Bencana pada 10 Desember mendatang, bertempat di kawasan Simpang Lima Gumul. Kegiatan ini akan melibatkan 400 peserta dari TNI, Polri, OPD hingga tim Siaga Bencana Desa.
“Kami ingin memastikan semua pihak siap menghadapi potensi bencana. Ini bagian dari sinergi lintas sektor yang harus terus kami tingkatkan,” tambahnya.
Djoko juga mengungkapkan bahwa sebagian besar bencana di Kabupaten Kediri bersifat lokal dengan dampak kecil. Meski begitu, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, terutama dalam hal pengelolaan sampah, menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko bencana banjir.
“Kasus tanggul jebol di Bakalan, Grogol, contohnya. Itu disebabkan tumpukan sampah bambu yang volumenya mencapai 10 dump-truk. Kami langsung berkoordinasi dengan Dinas PUPR untuk penanganan darurat, dan sekarang tanggulnya sudah diperkuat,” jelas Djoko.
Di sisi lain, BPBD terus menggalakkan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) di wilayah rawan. Sosialisasi dan pelatihan juga dilakukan agar masyarakat memahami potensi ancaman serta cara mengatasinya.
“Tujuan kami adalah membangun kesadaran dan kesiapan masyarakat. Dengan begitu, risiko bencana dapat diminimalkan,” tutup Djoko.
Jurnalis : Muhamad Dastian Yusuf editor : Nanang Priyo Basuki