KEDIRI – Rombongan Komisi C DPRD Kota Kediri melakukan sidak terkait sejumlah pembangunan infrastruktur, dianggap tidak dilandasi perencanaan yang matang. Selain itu, para wakil rakyat mempertanyakan keberadaan bangunan permanen. Dikabarkan akan digunakan untuk parkir kendaran roda dua, berada di Bantaran Sungai Brantas berada di wilayah Kelurahan Bandar Lor Kecamatan Mojoroto.
Dipimpin Ketua Komisi C, Sunarsiwi Kurnia Ganik Pramana, didampingi tim Dinas PUPR Kota Kediri. Sasaran pertama, bangunan berada di belakang Kampus IIK Bhakti Wiyata. Disampaikan Ayub Hidayatullah, anggota Komisi C disela-sela sidak. Bahwa pembangunan lokasi parkir ini memang telah mengantongi ijin dari pemerintah pusat.
“Namun apakah pemerintah kota juga mengetahui? Apa dampak positif bagi warga di Kota Kediri? Bila semua langsung mengurus ijin ke pusat, namun tidak membawa keuntungan bagi warga setempat. Kenapa tidak sekalian dibangun saja seperti ini mulai dari Jembatan Alun-Alun Bandar hingga wilayah Mrican,” ucapnya.
Soroti Pembangunan Jalan Patimura

Lokasi kedua, terkait pembangunan gorong-gorong berada di Jalan Patimura. Anggota dewan, Bambang Giantoro yang juga Ketua DPC Partai Hanura melihat, tidak ada perencanaan matang. “Harusnya diperhitungkan air bisa mengalir dengan memperhatikan ketinggian tanah. Bila ini dibiarkan, banjir biasanya terjadi di Jalan Patimura malah masuk ke pemukiman warga,” jelasnya.
Lokasi ketiga pembangunan Alun-Alun Kota Kediri kini telah berjalan. Kali ini Ashari yang juga menjabat Ketua DPC Partai Demokrat cukup kritis menyoroti. Pertama, bahwa pembangunan lapak UMKM tidak sesuai gambar telah disampaikan ke wakil rakyat. Terlalu banyak sekat pada bangunan serta tidak memikirkan dampak kemacetan disebabkan parkir pengunjung.
Dikonfirmasi usai sidak, Bunda Ganik sapaan akrab Ketua Komisi C menegaskan bahwa pembanguan infrastruktur telah berjalan, membuktikan kurang matangnya perencanaan. “Seperti parkir agar tidak jadi sumber kemacetan baru di Alun-Alun. Terlalu banyak penyekat pada bangunan dan jumlah tangga naik seharusnya lebih dari satu,” terangnya.
editor : Nanang Priyo Basuki