KEDIRI – Di balik gemerlap dunia olahraga, terdapat kisah perjuangan yang jarang terdengar. Salah satunya datang dari Maulana Dimas Satia, atlet muda spesialis lempar cakram asal Kediri yang kini berusia 22 tahun. Meski berasal dari daerah, Dimas memilih hijrah ke kota demi mengembangkan kariernya sebagai atlet dan mempertahankan prestasi yang telah ia bangun sejak kecil.
“Saya anak ketiga dari tiga bersaudara. Awalnya cuma disuruh coba lempar cakram sama guru SD, terus diikutkan lomba, dan menang. Dari situlah semua dimulai,” kenangnya.
Perjalanan Dimas dimulai sejak 2015–2016, saat ia berhasil menjuarai ajang Por SD di tingkat kabupaten. Tahun 2017, ia memutuskan pindah ke kota untuk mendapatkan pembinaan yang lebih serius. Dua tahun kemudian, Dimas mulai berkompetisi di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), yang menjadi titik tolak keseriusannya dalam dunia atletik.
Namun jalan menuju puncak tak selalu mudah. Menurut Dimas, menjaga mental adalah tantangan terbesar sebagai seorang atlet.
“Latihan itu setiap hari, tanpa henti. Kadang capek, kadang jenuh, tapi semangat itu harus tetap ada. Rasanya semua terbayar saat bisa juara,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Dimas bukan sekadar berbicara soal semangat, ia membuktikannya dengan prestasi nyata. Di ajang Porprov, ia meraih medali emas dan perunggu pada 2019, lalu mencetak emas berturut-turut pada 2021 dan 2022. Bahkan di tingkat nasional, Dimas sukses menyumbang dua medali emas untuk daerahnya. Meski begitu, ia mengakui belum ada penghargaan berupa uang, hanya sebatas piagam dan medali.
Namun hal itu tak membuat semangatnya surut. Bagi Dimas, penghargaan tertinggi adalah saat bisa mengharumkan nama daerah dan membanggakan keluarga. Ia terus menatap masa depan dengan penuh harapan.
“Saya ingin bisa terus meraih medali emas, dan memberikan yang terbaik untuk Kediri,” tutupnya dengan senyum penuh semangat.
jurnalis : Riza Husna SilfiyyaBagikan Berita :









