KEDIRI – Sabtu (16/08) menjadi saksi betapa kota Kediri menjelma lautan skuteris. Tak kurang dari 6.000 pecinta Vespa dari penjuru negeri—mulai dari Jawa Timur hingga pelosok Bandung dan Majalengka—tumplek blek dalam sebuah hajatan akbar bertajuk Scooter Sarungan.
Deru mesin klasik Vespa berpadu dengan gemuruh semangat kebersamaan, menandai perjalanan spiritual dan kultural yang dimulai dari Bandara Internasional Dhoho Kediri hingga berakhir khidmat di Teras Gubuk, majelis pengajian asuhan KH. Muhammad Abdurrahman Al Kautsar berada di Desa Ploso Kecamatan Mojo.
Bukan sekadar komunitas motor, para scooterist datang dengan gaya unik—sarung sebagai simbol. Tak ada komando, tak ada aturan berpakaian. Tapi tanpa direncanakan, para peserta kompak mengenakan sarung, menjadikan gelaran ini mendapat julukan penuh makna: Scooter Sarungan.
“Alhamdulillah, banyak yang kami syukuri hari ini. Teras Gubuk genap satu tahun, dan ngaji perdana kami dulu juga dimulai tepat 17 Agustus. Momen ini sungguh menggetarkan hati,” ungkap Gus Kautsar sapaan akrabnya, penuh haru.
Gus Kautsar pun menjelaskan, sebutan Scooter Sarungan lahir begitu saja dari keakraban santri dan scooterist. “Kami ini santri, sarung itu keseharian kami. Ternyata teman-teman juga nyaman mengenakannya. Istilah itu tumbuh alami,” ujarnya sambil tersenyum.
Dipilihnya Bandara Internasional Dhoho sebagai titik awal keberangkatan pun punya pesan tersendiri. Tak hanya sekadar lokasi strategis, tempat ini diangkat sebagai simbol kebanggaan warga Kediri—ikon baru yang patut dikenalkan ke penjuru tanah air.
“Apapun bentuknya, ini bagian dari identitas kota kita. Kita bangga dan ingin orang tahu,” jelasnya.
Lebih dari sekadar konvoi, Scooter Sarungan membawa pesan dalam: memperkuat silaturahmi lintas daerah, mempererat rasa persaudaraan, dan menyentuh sisi spiritual komunitas.
“Mudah-mudahan jadi awal dari persaudaraan yang terus tumbuh, dan pelan-pelan bisa mengajak semuanya untuk ngaji bareng,” tutup Gus Kautsar.
Acara ini menjadi bukti bahwa Vespa tak hanya soal jalanan, tetapi juga kendaraan menuju makna. Di Kediri, mesin dan makna melaju seiring dalam irama sarung dan silaturahmi.
Acara kemudian dilanjutkan rangkaian penampilan hadroh, pengajian kitab dan dipuncak acara akan hadir Denny Caknan bakal memeriahkan acara ini.
jurnalis : Sigit Cahya Setyawan