KEDIRI – Di usianya yang baru menginjak 22 tahun, Krisna Aji Satria Arga Nata sudah menapaki jalan panjang sebagai atlet angkat berat. Mahasiswa jurusan Teknik Sipil di Universitas Kadiri ini tak hanya berjuang di balik meja kuliah, tapi juga gigih mengangkat nama Kota Kediri di arena olahraga, khususnya cabang angkat berat yang kerap luput dari sorotan.
Perjalanan Krisna di dunia angkat berat dimulai dari hal yang sederhana: ikut-ikutan sang kakak. Saat itu, angkat besi dan angkat berat masih berada di bawah satu naungan. Namun sejak 2020, keduanya dipisahkan secara resmi, dan Krisna pun mantap memilih fokus di angkat berat. “Awalnya cuma ikut-ikutan. Tapi setelah dipisah, saya lebih cocok di angkat berat,” ujarnya saat ditemui usai menjalani Tes Parameter di kawasan UNP Kediri.
Debutnya di kompetisi dimulai sejak 2016, meski tak langsung berbuah medali. Krisna tak gentar. Ia terus bertanding, belajar dari kegagalan, dan mengasah kemampuannya. Usahanya mulai membuahkan hasil pada Kejurprov 2017 dan 2018 dengan raihan medali perak dan perunggu. Pada Porprov 2019, ia menyabet dua medali perunggu — pencapaian yang membuktikan bahwa kerja keras perlahan mulai membuahkan hasil.
Namun, momen paling membekas dalam ingatannya justru datang dari kekalahan. “Yang paling saya ingat itu waktu kalah dari Sidoarjo tahun lalu. Biasanya saya menang, tapi kemarin kalah di deadlift. Rasanya panas, ingin banget revans di event selanjutnya,” kenangnya dengan semangat membara.
Dan revans itu benar-benar terjadi. Krisna bangkit lebih kuat. Di Porprov 2022, ia meraih medali emas. Tidak berhenti di situ, pada Porprov 2023, ia kembali membawa pulang emas dan juga satu perak. Kini, ia menjadi salah satu tumpuan Kota Kediri bersama 14 atlet lainnya yang tengah menjalani latihan intensif setiap sore, dari pukul 16.00 hingga 20.00 WIB, di kawasan Brawijaya pintu B. “Latihan jalan terus, Senin sampai Sabtu. Total ada 20 atlet aktif, lima di antaranya masih di bawah umur,” ungkap Krisna.
Angkat berat yang ia geluti berbeda dari angkat besi. Jika angkat besi fokus pada teknik clean and jerk serta snatch, maka angkat berat mengandalkan kekuatan murni dalam tiga jenis angkatan: squat, bench press, dan deadlift — kombinasi yang menguji batas fisik dan mental seorang atlet.
Lahir dari pasangan Heni Trehnowati dan Maryaji, Krisna tumbuh dalam lingkungan yang memberi dukungan penuh terhadap pilihannya. Tinggal di kawasan Kemasan, Kota Kediri, ia menegaskan bahwa kariernya sebagai atlet belum akan berakhir dalam waktu dekat.
“Kayaknya masih mau jadi atlet dulu. Jalani saja dulu sambil terus belajar,” tuturnya dengan nada tenang namun yakin.
Kisah Krisna bukan sekadar tentang perolehan medali, tapi tentang kegigihan dan mental baja untuk bangkit dari kekalahan. Di tengah tuntutan akademik dan persaingan antar-atlet yang ketat, ia mampu membuktikan bahwa konsistensi dan tekad kuat adalah kunci utama menuju puncak.
Nama Krisna Aji Satria Arga Nata pun kini tak hanya dikenal di kalangan kampus, tapi juga menjadi harapan emas Kota Kediri di kancah nasional cabang angkat berat.
jurnalis : Anisa Fadila