KEDIRI – Pemerintah Kota Kediri terus membuktikan komitmennya dalam mewujudkan kota inklusif, terutama bagi penyandang disabilitas. Salah satu langkah nyatanya adalah menggelar pelatihan keterampilan dasar bahasa isyarat bagi tenaga kesehatan, yang bertujuan untuk menghapus hambatan komunikasi antara tenaga medis dan pasien tuli.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Dinas Kesehatan Kota Kediri ini digelar pada Rabu (30/7) di Hotel Lotus Garden. Sebanyak 150 tenaga medis dari berbagai fasilitas kesehatan – mulai dari rumah sakit negeri dan swasta, klinik utama dan pratama, hingga Lembaga Akreditasi Kesehatan Daerah (Lakkesda) – turut ambil bagian dalam workshop sehari ini.
Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, yang hadir langsung untuk membuka acara, menekankan pentingnya komunikasi dalam pelayanan medis.
“Komunikasi yang efektif adalah kunci utama dalam pelayanan kesehatan. Tanpa itu, proses diagnosis hingga pengobatan bisa terhambat, terlebih saat menangani pasien tuli yang membutuhkan bahasa isyarat,” ungkapnya.
Vinanda juga menyoroti bahwa saat ini masih banyak tenaga medis yang belum menguasai bahasa isyarat. Menyikapi hal ini, ia bertekad agar setiap fasilitas kesehatan di Kediri memiliki minimal satu tenaga medis yang mampu berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, dr. Muhammad Fajri Mubasysyir, MH(Kes), menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan program tahun kedua, dengan cakupan yang diperluas ke fasilitas kesehatan swasta. Setiap institusi mengirimkan dua perwakilan tenaga medis, yang nantinya diharapkan bisa menularkan ilmunya ke rekan kerja di tempat asal.
Pelatihan ini menggandeng narasumber dari DPD Gerkatin Jawa Timur dan berfokus pada penguasaan dasar bahasa isyarat, mulai dari memahami keluhan pasien, menjelaskan prosedur medis, hingga menyampaikan resep obat secara jelas dan ramah.
“Tujuannya adalah agar tenaga medis kita lebih peka dan terampil dalam menghadapi pasien dengan disabilitas pendengaran. Kami ingin pelayanan kesehatan di Kediri semakin manusiawi dan inklusif,” ujar dr. Fajri.
Lewat program ini, Pemkot Kediri berharap pasien tuli merasa lebih percaya diri dan nyaman saat mengakses layanan kesehatan, karena mereka kini akan berhadapan dengan tenaga medis yang bisa memahami dan menghargai kebutuhan komunikasi mereka.
jurnalis : Anisa Fadila