KEDIRI – Kota Kediri, yang dikenal dengan ketenangan dan keramahan warganya, kini kian dilirik oleh para pengemis dari luar daerah sebagai ladang untuk mencari simpati. Fenomena ini bukan lagi sekadar gangguan di sudut jalan, tapi telah menjadi persoalan sosial yang mendesak untuk ditangani secara menyeluruh.
Wakil Ketua DPRD Kota Kediri, Sudjono Teguh Widjaja, mengungkapkan keprihatinannya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (6/8). Menurutnya, para pengemis yang tersebar di berbagai titik kota, terutama anak-anak, mayoritas berasal dari luar wilayah Kediri.
“Sebagian besar bukan warga kita. Hanya satu dua yang benar-benar berasal dari sini,” tutur Sudjono, yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Kediri.
Ia menilai, kondisi ini tak cukup hanya ditangani dengan aksi penertiban semata. Satpol PP, sebagai garda depan ketertiban umum, diminta untuk turun langsung ke lapangan tak hanya membawa ketegasan, tapi juga membawa harapan—dengan pendataan dan pembinaan.
“Satpol PP jangan sekadar menertibkan. Harus dicek, terutama anak-anak. Dari mana mereka datang? Apakah mereka punya rumah? Kalau warga kita, mari dibina dan diarahkan agar tak kembali lagi ke jalan,” tegas Sudjono yang akrab disapa Abah Jono.
Bagi mereka yang terbukti bukan warga Kota Kediri, opsi terbaik adalah mengembalikannya ke daerah asal. Kota Kediri sendiri telah memiliki shelter penampungan sementara di kawasan Barak. Namun sayangnya, tempat itu belum dimaksimalkan sebagai ruang rehabilitasi jangka panjang.
Sudjono menyebut, untuk penanganan lanjutan, Pemerintah Kota akan berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) milik Pemprov Jawa Timur, karena ranah rehabilitasi merupakan kewenangan provinsi.
Lebih jauh, Abah Jono mengajak masyarakat untuk tak tinggal diam. Ia mengimbau warga untuk aktif melaporkan keberadaan pengemis, khususnya anak-anak, baik melalui Satpol PP maupun kanal aduan seperti Lapor Mbak Wali 112. Bahkan, ia membuka pintu selebar-lebarnya untuk laporan langsung dengan bukti foto di lokasi.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada kerja sama dari semua pihak—Satpol PP, Dinas Sosial, kepolisian, LSM, bahkan media. Supaya penanganannya tidak hanya bersifat represif, tapi benar-benar memberi solusi,” ujarnya.
Fenomena ini jadi pengingat bahwa simpati bukanlah solusi jangka panjang. Dibutuhkan kepedulian kolektif dan sinergi antarlembaga agar jalanan Kediri kembali ramah bagi semua, dan anak-anak—yang seharusnya bermain dan belajar—tidak lagi hidup di bawah terik belas kasihan.
jurnalis : Anisa FadilaBagikan Berita :









