KEDIRI – Dhoho Street Fashion (DSF) 7th berlangsung cukup meriah digelar di depan Balai Kota Kediri, pada Sabtu (10/12) malam. Panggung megah didukung tata lampu, dihadiri Wakil Gubernur dan Ketua Dekrasnada Jawa Timur, Emil Dardak dan Arumi Bachsin. Kehadirannya secara khusus juga memakai pakaian berbahan tenun ikat.
Fashion berbahan tenun ikat kediri ini merupakan agenda tahunan digagas Ketua Dekranasda Kota Kediri, Ferry Silviana Abu Bakar diawali tahun 2015. Seperti disampaikan Bunda Fey, sapaan akrab istri Wali Kota Kediri, Abdullah Abu bakar saat jumpa pers pada Sabtu sore. Dipilihnya tema ‘Diversity of Dhaha’ mengingatkan tentang keragaman yang membangun Nusantara, khususnya di Kota Kediri.
Bukan hanya keragaman suku dan ras, tapi juga keragaman kemampuan. DSF kali ini istimewa sebab menampilkan busana karya difabel yang diwakili karya Maskurun. Seorang desainer difabel yang memiliki sekolah jahit dan karya-karyanya sudah dipasarkan ke berbagai daerah. “Hal ini menunjukkan, tenun ikat kediri mampu menyatukan segala perbedaan,” ungkapnya.
Dalam sambutannya, Emil Dardak memberikan apresiasi atas acara ini ternyata gaungnya telah terdengar di seluruh pelosok nusantara. “Saya telah dengar gaungnya, Tenun Ikat Bandar Kidul ini sudah membangun reputasi DSF yang terus dikembangkan. Kediri akan ada bandara, ekonomi kreatif harus jalan. Kain tenun ini bisa dijadikan dekorasi dan saya pernah melihat di salah satu museum di Belanda. Kita sudah kerjasama dengan Dirjen HAKI layak didapatkan indikasi geografis. Ini akan semakin meningkatkan penjualannya,” ungkapnya.
Mas Abu : Kota Kediri Rumah Kita Bersama

Emil pun juga mengucapkan terima kasih telah melibatkan siswa-siswi SMK Negeri 3 Kota Kediri diberik kesempatan menampilkan karyanya. Wali Kota Kediri dalam sambutannya menyampaikan, selama dirinya menjabat selalu membangun kerjasama dengan penenun di Kota Kediri.
“Alhamdulillah kita bisa kerjasama dengan para designer, akhirnya muncul sejumlah pola baru dengan warna-warna yang berani. Ini menjadikan saya membuat SK Walikota, setiap kamis semua karyawan harus menggunakan pakaian berbahan tenun. Penjualan kain tenun makin kencang namun sempat kendala di Covid. Akhirnya kami pesan kain tenun untuk masker. Saya berharap Kota Kediri bisa menjadi rumah kita bersama. Untuk menuangkan kreativitas tidak hanya model tapi juga ada teman-teman disabilitas,” ungkap Abdullah Abu Bakar.
Selanjutnya secara bergantian karya designer papan atas, Priyo Oktaviano, Era Soekamto dan Wignyo Rahadi ditampilkan dan mendapat sambutan meriah dari ratusan pengunjung. Priyo merupakan asli Kediri, menampilkan sedikitnya 12 karya. Wignyo menampilkan 8 karyanya dan Era Soekamto menampilkan 24 karyanya.
Jurnalis : Kintan Kinari Astuti Editor : Nanang Priyo Basuki